China ajukan diri jadi fasilitator perdamaian konflik Afghanistan



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Menteri Luar Negeri sekaligus anggota Dewan Negara China, Wang Yi, pada hari Senin (17/5) mengatakan China siap memfasilitasi negosiasi internal antara pihak yang berselisih di Afghanistan.

Melakukan diskusi dengan penasihat kemanan nasional Afghanistan, Hamdullah Mohib, Wang mengatakan China dan Afghanistan adalah tetangga yang bersahabat secara tradisional.

Dalam hubungannya dengan Afghanistan, China menganut prinsip non-campur tangan dalam urusan internal pihak lain.


"China selalu siap untuk mendukung Afghanistan dalam menjaga kedaulatan, kemerdekaan, integritas teritorial dan martabat nasionalnya, dan mendukung proses perdamaian dan rekonsiliasi domestik," ungkap Wang sebagaimana dilansir Xinhua.

Mengajukan diri sebagai fasilitator perdamaian, China juga siap untuk terus mendukung Afghanistan dalam masalah-masalah yang menyangkut kepentingan lainnya.

"Kami mendukung prinsip 'dipimpin Afghanistan, dimiliki Afghanistan' dan mendukung semua pihak di Afghanistan dalam menemukan pengaturan politik yang luas dan inklusif melalui cara-cara damai," lanjut Wang.

Baca Juga: 4 Usulan China kepada PBB untuk akhiri konflik Palestina-Israel

Wang juga menyinggung penarikan pasukan AS dari tanah Afghanistan di tengah proses rekonsiliasi yang tengah berlangsung. Ia menilai, keputusan tersebut membawa ketidakpastian pada situasi di Afghanistan.

Terkait hal tersebut, Mohib mengatakan proses perdamaian dan rekonsiliasi di Afghanistan bisa melalui masa yang sulit.

"Afghanistan berterima kasih atas dukungan kuat China untuk proses perdamaian dan berharap dapat memperkuat kerja sama dengan China dalam hal ini baik secara bilateral maupun dalam kerangka Dewan Keamanan PBB," kata Mohib.

Mohib menambahkan, Afghanistan dengan tegas memerangi semua bentuk terorisme, termasuk Gerakan Islam Turkestan Timur. Ia berharap Afghanistan bisa memperdalam kerja sama kontra-terorisme dengan China. 

Selanjutnya: Undang-undang pendidikan baru China, larang penggunaan kurikulum asing