China akan ganti Wi-Fi dengan Li-Fi, apa sih itu?



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Para ilmuan teknologi di China telah sukses mengembangkan sebuah metode konektivitas internet baru yang dikenal dengan nama Li-Fi. Melalui konektivitas ini, penggunanya tak lagi melakukan transfer data via frekuensi radio yang tradisional, melainkan melalui cahaya.

Mengutip People Daily, Perkembangan terbaru ini telah ramai dibicarakan oleh para ilmuan sejak 2011. Namun, hingga kini, teknologi terbaru tersebut belum dikembangkan lebih jauh untuk digunakan dalam koneksi internet skala besar.

“Ilmuan di seluruh dunia masih mengerjakan hal ini. Kami adalah orang pertama yang berhasil membuatnya dengan menggunakan bahan baku hemat biaya, seperti urea dengan pemrosesan sederhana,” kata Qu Songnan, peneliti dari Changchun Institute of Optics, Fine Mechanics and Fisika, Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, seperti dilansir dari People Daily.


Sementara itu, tim peneliti dari Shanghai Institute of Technical Physics and The Chinese Academy of Scientist terus mengembangkan konektivitas Li-Fi dan sudah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa bulan terakhir. Melalui riset yang dilakukan, empat komputer dapat terkoneksi ke internet melalui sebuah bola lampu LED. Dengan Li-Fi ini, data bisa ditransfer via gelombang cahaya.

Selama dilakukan China International Industry Fair yang dihelat di Shanghai pada 5 November mendatang, akan ditampilkan sepuluh sample Li-Fi yang bisa diujicoba ke publik. Li-Fi bisa menjadi temuan hebat bagi komunitas internet China, yang merupakan komunitas terbesar dengan jumlah koneksi total mencapai 600 juta koneksi.

Meskipun internet Li-Fi berpotensi hemat biaya saat digunakan di manapun lampu LED menyala, namun, koneksi ini juga memiliki kelemahan. Tidak seperti gelombang suara, cahaya tidak bisa menembus dinding dan bisa dilepas oleh penghalang besar atau bahkan pintu yang tertutup.

Saat ini belum jelas seberapa cepat koneksi internet via Li-Fi nantinya. Namun diprediksi, kecepatannya bisa mencapai 150 megabit per detik, yang lebih cepat dari kecepatan internet rata-rata di China.  

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie