China akan larang perdagangan bitcoin



KONTAN.CO.ID - Pemerintah China berencana melarang perdagangan criptocurrency (mata uang digital), termasuk bitcoin, di bursa China. Rencana tersebut langsung menggunting pergerakan harga mata uang digital ini.

Kabar bermula dari laporan majalah Caixin pada pekan lalu. Alasan larangan itu sendiri tidak jelas. Hanya saja memang, rencana larangan tersebut muncul ditengah pengetatan risiko finansial jelang perombakan kepemimpinan Partai Komunis China pada bulan Oktober mendatang.

Yang menarik, Bank Sentral China, People's Bank of China (PBOC) juga baru saja menyelesaikan uji coba criptocurrency yang coba dikembangkannya sendiri. Jika jadi dilaksanakan, PBOC justru bakal menjadi bank sentral pertama yang mengeluarkan mata uang digital.


Entah apakah ini aksi sepihak China agar uang digital yang dikembangkan PBOC bisa lebih maju ketimbang bitcoin beserta mata uang digital lainnya yang lebih dahulu ada.

Seperti diberitakan Bloomberg, Senin (11/9), mengutip salah satu sumbernya, rencana larangan perdagangan uang digital hanya terbatas di bursa saja. Namun untuk transaksi over the counter (OTC) atas mata uang digital, bakal tetap diperkenankan.

Sejak berita itu dirilis Caixin pekan lalu, harga bitcoin terus terkoreksi. Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 16.30 WIB, harga bitcoin tersungkur di level US$ 4.208,36 per unit, turun 13,78% dari harga per 1 September 2017 yang saat itu bitocin menggapai rekor harga tertinggi di posisi US$ 4.880,84 per unit.

Gelembung bitcoin

OKCoin, BTC China dan Huobi, tiga bursa bitcoin terbesar di China menyatakan belum menerima pemberitahuan mengenai rencana larangan perdagangan uang digital. Ketiga bursa itu justru melaporkan kenaikan transaksi bitcoin sebanyak 6,3% pada perdagangan awal pekan ini.

Hingga kini, China memang menjadi negara penyumbang transaksi bitcoin terbesar. Sebanyak 23% perdagangan bitcoin di seluruh dunia, berasal dari investor China.

Zhou Shuoji, pendiri FBG Capital yang merupakan perusahaan pengelola aset digital blockchain di pasar modal menyatakan, rencana tersebut bakal menghambat perkembangan mata uang digital di China. "Volume perdagangan pasti akan menurun," tutur Zhou Shuoji seperti dikutip Bloomberg.

Lonjakan harga bitcoin yang mencapai 300% sepanjang tahun 2016 memang menimbulkan kekhawatiran banyak pihak. Robert Shiller pemenang hadiah Nobel dalam bidang ekonomi untuk karyanya bertajuk "bubbles" menyatakan, lonjakan harga yang terjadi pada bitcoin, serupa dengan gejala bubbles (gelembung) yang terjadi pada produk lainnya.

Shiller menyatakan tidak merendahkan inovasi dan teknologi dibalik penciptaan bitcoin. Namun, dia menegaskan agak ragu untuk ikut menggunakan mata uang digital tersebut.

Editor: Dupla Kartini