SHANGHAI. China akan tetap menahan nilai yuan di level rendah terhadap dolar pada 2009. Menurut Goldman Sachs Group Inc, langkah ini dilakukan akibat adanya kekhawatiran kalau apresiasi yuan akan semakin memukul eksportir yang saat ini tengah didera masalah anjloknya permintaan akibat krisis global. Memang, sejak akhir Juli, nilai yuan tak banyak mengalami perubahan. Ini dapat terjadi karena Peoples Bank of China terus berupaya untuk menstabilkan nilai mata uangnya pada saat krisis kredit memicu resesi di Amrik, Eropa dan Jepang. Alhasil, hal itu juga turut mempengaruhi tingkat ekspor China. Berdasarkan prediksi nilai tengah para analis yang disurvei Bloomberg, tingkat ekspor Negeri Tirai Bambu itu akan melorot tajam sebesar 5,3% pada bulan Desember. Angka tersebut merupakan yang terburuk dalam satu dekade terakhir. “Itu sebabnya, bank sentral akan tetap mematok (peg) nilai yuan terhadap dolar. Hal ini menunjukkan kebijakan kritis China untuk pembangunan perdagangan di tengah kondisi perekonomian yang tidak stabil,” papar Helen Qiao dan Song Yu, ekonom Goldman di Hongkong.
China akan Tetap Mematok Nilai Tukar Yuan
SHANGHAI. China akan tetap menahan nilai yuan di level rendah terhadap dolar pada 2009. Menurut Goldman Sachs Group Inc, langkah ini dilakukan akibat adanya kekhawatiran kalau apresiasi yuan akan semakin memukul eksportir yang saat ini tengah didera masalah anjloknya permintaan akibat krisis global. Memang, sejak akhir Juli, nilai yuan tak banyak mengalami perubahan. Ini dapat terjadi karena Peoples Bank of China terus berupaya untuk menstabilkan nilai mata uangnya pada saat krisis kredit memicu resesi di Amrik, Eropa dan Jepang. Alhasil, hal itu juga turut mempengaruhi tingkat ekspor China. Berdasarkan prediksi nilai tengah para analis yang disurvei Bloomberg, tingkat ekspor Negeri Tirai Bambu itu akan melorot tajam sebesar 5,3% pada bulan Desember. Angka tersebut merupakan yang terburuk dalam satu dekade terakhir. “Itu sebabnya, bank sentral akan tetap mematok (peg) nilai yuan terhadap dolar. Hal ini menunjukkan kebijakan kritis China untuk pembangunan perdagangan di tengah kondisi perekonomian yang tidak stabil,” papar Helen Qiao dan Song Yu, ekonom Goldman di Hongkong.