China: AS lakukan intervensi dalam sengketa wilayah di Laut China Selatan



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Penasihat Negara China Wang Yi mengatakan, Amerika Serikat (AS) secara langsung melakukan intervensi dalam sengketa wilayah dan maritim di Laut China Selatan karena kebutuhan politiknya sendiri.

"Itu menjadi pendorong militerisasi terbesar di kawasan itu," kata Wang dalam pernyataan yang di-posting di situs Kementerian Luar Negeri China, Rabu (9/9), seperti dikutip Reuters.

Dia membuat pernyataan itu dalam konferensi video dengan para menteri luar negeri (menlu) negara-negara anggota ASEAN di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN.


“Perdamaian dan stabilitas adalah kepentingan strategis terbesar China di Laut China Selatan. Itu juga merupakan aspirasi strategis bersama antara China dan negara-negara ASEAN,” ujar Wang.

Baca Juga: Militerisasi di Laut China Selatan, Menlu Retno: Satu kata, mengkhawatirkan

Persaingan kekuasaan Amerika Serikat (AS)-China akan mendominasi diskusi ketika para menlu dari 10 negara Asia Tenggara memulai pertemuan secara online pada Rabu (9/9).

Mengutip Channel News Asia, para menlu ASEAN akan bergabung dengan Menlu AS Mike Pompeo dan Menlu China Wang Yi. Ini menjadi KTT pertama mereka sejak AS mengumumkan sanksi terhadap perusahaan China atas pembangunan pulau buatan di perairan yang disengketakan oleh Beijing.

Laut China Selatan yang kaya sumber daya diklaim secara keseluruhan oleh Beijing, tetapi juga diperebutkan oleh Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Taiwan.

Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc mengatakan dalam sambutan pembukaan, "Lingkungan geopolitik, ekonomi regional, termasuk Laut Timur (Laut Cina Selatan), mengalami beberapa pergolakan, memengaruhi perdamaian dan stabilitas". 

Baca Juga: Menteri luar negeri ASEAN bertemu, persaingan kekuasaan AS-China juga jadi topik

"Persaingan kekuasaan" antara AS dan China kemungkinan akan mencuri perhatian, menurut seorang diplomat senior Asia Tenggara kepada AFP seperti dilansir Channel News Asia, yang berbicara tanpa menyebut nama.

"Amerika Serikat dan China kemungkinan akan menggunakan pertemuan itu sebagai platform untuk saling melempar segalanya," katanya.

Selanjutnya: Menlu Retno: Indonesia tidak ingin terjebak oleh persaingan AS dan China

Editor: S.S. Kurniawan