KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas di sektor strategis unsur tanah jarang atau rare earth. Meski Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping telah sepakat melonggarkan pembatasan pasokan sejak Oktober 2025, namun realita di lapangan menunjukkan cerita yang berbeda. Mengutip laporan Bloomberg (25/12), China masih membatasi ekspor bahan baku strategis rare earth yang dibutuhkan AS untuk memproduksi magnet permanen dan berbagai produk teknologi strategis. Padahal, bahan ini krusial bagi berbagai industri, mulai dari otomotif, elektronik konsumen, hingga sistem pertahanan. China kini pilih meningkatkan pengiriman produk jadi, terutama magnet permanen. Namun, industri AS tetap kesulitan mendapatkan bahan mentah seperti disprosium dalam bentuk logam ataupun Praseodimium-neodimium oksida. Akibatnya, AS belum mampu membangun rantai pasok domestik secara mandiri, padahal ini agenda yang menjadi prioritas pemerintahan Trump.
China-AS Panas LagiRebutan Rare Earth
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas di sektor strategis unsur tanah jarang atau rare earth. Meski Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping telah sepakat melonggarkan pembatasan pasokan sejak Oktober 2025, namun realita di lapangan menunjukkan cerita yang berbeda. Mengutip laporan Bloomberg (25/12), China masih membatasi ekspor bahan baku strategis rare earth yang dibutuhkan AS untuk memproduksi magnet permanen dan berbagai produk teknologi strategis. Padahal, bahan ini krusial bagi berbagai industri, mulai dari otomotif, elektronik konsumen, hingga sistem pertahanan. China kini pilih meningkatkan pengiriman produk jadi, terutama magnet permanen. Namun, industri AS tetap kesulitan mendapatkan bahan mentah seperti disprosium dalam bentuk logam ataupun Praseodimium-neodimium oksida. Akibatnya, AS belum mampu membangun rantai pasok domestik secara mandiri, padahal ini agenda yang menjadi prioritas pemerintahan Trump.