China Berang, Sebut Sanksi AS atas Perang Ukraina Ilegal



KONTAN.CO.ID - BEIJING. China berang dengan aksi Amerika Serikat. Pada Selasa (27/8/2024), pemerintah China menyebut sanksi AS terhadap entitasnya atas perang Ukraina "ilegal dan sepihak" dan "tidak berdasarkan fakta".

Pernyataan tersebut dirilis China menjelang kedatangan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan di Beijing untuk pembicaraan tingkat tinggi selama beberapa hari.

Reuters memberitakan, pada pekan lalu, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada lebih dari 400 entitas dan individu karena mendukung upaya perang Rusia di Ukraina. Entitas tersebut termasuk perusahaan China yang menurut pejabat AS membantu Moskow menghindari sanksi Barat dan membangun militernya.


Washington telah berulang kali memperingatkan Beijing atas dukungannya terhadap pangkalan industri pertahanan Rusia. 

Selain itu, AS juga telah mengeluarkan ratusan sanksi yang ditujukan untuk mengekang kemampuan Moskow dalam mengeksploitasi teknologi tertentu untuk tujuan militer.

Utusan khusus China untuk urusan Eurasia, Li Hui, yang telah melakukan empat putaran diplomasi bolak-balik, menentang sanksi tersebut dalam sebuah pengarahan untuk para diplomat di Beijing setelah putaran pertemuan terakhir dengan pejabat dari Brasil, Indonesia, dan Afrika Selatan.

Baca Juga: Pembatasan Ekspor Bahan Semikonduktor China Picu Kekhawatiran Produksi Chip

"Negara tertentu menggunakan krisis ini untuk mengalihkan kesalahan dalam upaya untuk mengarang apa yang disebut teori tanggung jawab China dan mengancam negara-negara yang memiliki hubungan ekonomi dan perdagangan normal dengan Rusia dengan sanksi ilegal dan sepihak," kata Li.

Li tidak menyebut nama Amerika Serikat, tetapi Kementerian Perdagangan China mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka sangat menentang sanksi tersebut dan Kementerian Luar Negeri telah menyatakan penentangan serupa terhadap putaran pembatasan sebelumnya.

Sanksi minggu lalu mencakup tindakan terhadap perusahaan-perusahaan di China yang terlibat dalam pengiriman peralatan mesin dan mikroelektronika ke Rusia.

"Kata-kata dan tindakan ini sepenuhnya untuk kepentingan egois mereka dan tidak berdasarkan fakta, masyarakat internasional tidak akan pernah menerimanya," tambah Li.

China telah berusaha keras untuk menampilkan dirinya sebagai pihak yang secara aktif mencari solusi untuk konflik tersebut, meskipun melewatkan konferensi perdamaian Swiss pada bulan Juni.

Setelah putaran pembicaraan sebelumnya yang dipimpin oleh Li, Beijing mengajukan proposal untuk mendukung pertukaran tawanan perang, menentang penggunaan senjata nuklir dan biologi, dan menentang serangan bersenjata terhadap fasilitas nuklir sipil.

Baca Juga: China Janji Bakal Ambil Tindakan Balasan ke AS, Ini Penyebabnya

Dalam sebuah makalah berisi 12 poin lebih dari setahun yang lalu, China menetapkan prinsip-prinsip umum untuk mengakhiri perang, tetapi tidak membahas secara spesifik.

China dan Brasil bersama-sama menyerukan perundingan perdamaian Rusia-Ukraina tahun ini. Pada hari Selasa, Li menyatakan harapan bahwa lebih banyak negara akan mendukung upaya perdamaian China.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie