KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China tengah mempertimbangkan untuk mengizinkan
refinancing kredit kepemilikan rumah (KPR) hingga US$ 5,4 triliun atau setara Rp 83,1 kuadriliun. Langkah ini dilakukan untuk menurunkan biaya pinjaman bagi jutaan keluarga dan meningkatkan konsumsi domestik. Menurut laporan
Bloomberg, Senin (2/9), pemilik rumah akan dapat merundingkan kembali syarat dengan bank sebelum Januari, dimana periode itu biasanya bank menetapkan ulang bunga KPR. Debitur KPR juga akan diizinkan untuk melakukan refinancing dengan bank yang berbeda untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global. Namun, belum jęłaś apakah rencana itu berlaku untuk semua rumah.
Otoritas China sedang meningkatkan dorongan untuk mengurangi biaya KPR setelah bank sentral mendorong dukungan tersebut tahun lalu dan bank merespons dengan memangkas suku bunga.
Baca Juga: BTN Dorong Efisiensi Lewat Implementasi E2E Procurement Meskipun suku bunga sudah lebih murah hingga mengurangi profitabilitas di bank BUMN di China, tapi otoritas saat ini menghadapi tekanan baru untuk menghentikan perlambatan yang dipimpin oleh sektor perumahan di ekonomi terbesar di Asia. Raymond Cheng, Kepala Riset properti China CGS International Securities menilai langkah itu menjadi sinyal bahwa pemerintah pusat sedang memperkuat langkah-langkah untuk mendukung perekonomian secara keseluruhan, melindungi kekayaan rumah tangga, dan mendorong konsumsi. “Ini juga secara tidak langsung akan membantu sektor real estate,” ujarnya. Shujin Chen, ekonom Jefferies Financial Group, memperkirakan langkah
refinancing ini dapat memangkas suku bunga pada hipotek yang ada hingga maksimum 1 poin persentase dan menghemat sekitar 300 miliar yuan bagi pemilik rumah. Langkah-langkah tegas China untuk menurunkan biaya hipotek dalam beberapa tahun terakhir sebagian besar membantu pembeli properti baru. Suku bunga utama lima tahun, tolok ukur untuk KPR jangka panjang, dipotong menjadi 3,85% pada Juli. Pada bulan Mei, bank sentral menghapus batas bawah suku bunga hipotek nasional untuk pembelian rumah pertama dan kedua.
Baca Juga: PMI Caixin: Manufaktur China Kembali Tumbuh di Bulan Agustus 2024 Sebelumnya, beberapa kota besar mengizinkan pembeli yang sebelumnya memiliki KPR, bahkan jika sudah lunas, untuk memenuhi syarat untuk suku bunga yang lebih rendah. Perbedaan ini telah mendorong gelombang pelunasan KPR awal, yang telah membebani pemberi pinjaman dalam beberapa tahun terakhir. Pemilik rumah telah memanfaatkan pinjaman konsumen murah untuk melunasi hipotek lebih awal, praktik yang dilarang oleh regulator. Jumlah total hipotek individu yang belum dibayar di China mencapai 38,2 triliun yuan (US$ 5,4 triliun) pada akhir Maret, dan dihitung sebagai aset utama di pemberi pinjaman China. Lebih dari 90% hipotek yang belum dibayar di China adalah untuk rumah pertama pada akhir 2021, menurut data publik terbaru yang tersedia dari regulator perbankan.
Editor: Dina Hutauruk