China Berencana Libatkan Seluruh Warganya dalam Program Anti-Spionase



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kementerian Keamanan Negara China pada hari Selasa (2/8) mendorong agar seluruh warga negara terlibat dalam program kontra-spionase. Nantinya, pemerintah juga berencana memberi penghargaan kepada warga yang berprestasi.

Seruan untuk mempopulerkan pekerjaan anti-mata-mata di kalangan masyarakat sipil ini merupakan bentuk implementasi dari perluasan undang-undang kontra-spionase China yang mulai berlaku pada bulan Juli.

"Sebuah sistem yang membuatnya normal bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kontra-spionase harus dibangun," tulis Kementerian Keamanan Negara dalam posting pertamanya di akun WeChat, dikutip Reuters.


Baca Juga: Ini Balasan China ke AS: Batasi Ekspor Drone & Peralatannya

Undang-undang kontra-spionase yang baru diperkenalkan China memungkinkan pihak berwenang melakukan penyelidikan anti-spionase untuk mendapatkan akses ke data, peralatan elektronik, dan informasi tentang properti pribadi.

Menteri Keamanan Negara China, Chen Yixin, sempat mengatakan bahwa keamanan politik adalah prioritas utama keamanan nasional, dan inti dari keamanan politik adalah keamanan sistem politik China.

"Yang paling mendasar adalah menjaga kepemimpinan dan posisi penguasa Partai Komunis China dan sistem sosialis dengan karakteristik China," tulis Chen dalam sebuah artikel di majalah hukum China pada bulan Juli.

Baca Juga: Surat Xi Jinping: Korut dan China berbagi Persahabatan yang Ditulis dengan Darah

Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menangkap dan menahan puluhan warga negara asing dan warga negaranya sendiri atas dugaan spionase.

Salah satu kasus paling besar adalah ditangkapnya wartawan Australia, Cheng Lei, yang dituduh memberikan rahasia negara China ke negara lain. Cheng telah ditahan sejak September 2020.

Yang terbaru, otoritas China juga menahan seorang eksekutif di produsen obat Jepang, Astellas Pharma, pada bulan Maret lalu.

China merasa bahwa mereka berada di bawah ancaman mata-mata negara Barat, terutama Amerika Serikat. Di sisi lain, Amerika Serikat juga menuduh China melakukan spionase dan serangan dunia maya.