China Beri Indikasi Revaluasi Yuan



BEIJING. Menjelang pertemuan G-20, China mencoba menahan arus kritikan atas kebijakan mereka mengontrol mata uang yuan. Bank sentral China memberi sinyal segera merevaluasi yuan sebelum pertemuan yang berlangsung 26 Juni-27 Juni 2010 di Toronto, Kanada tersebut.

Bank sentral China mengumumkan rencana tersebut melalui situsnya pada Ahad (20/6). Tapi, Bank sentral China tidak memberi waktu pasti pelaksanaannya. Yang pasti, revaluasi tidak akan terlalu besar dan otoritas moneter China akan tetap menjaga perdagangan harian dengan kisaran naik atau turun sebesar 0,5%.

Menurut bank sentral, pemulihan dan pertumbuhan ekonomi China mulai solid dan stabil. "Makanya kami menilai langkah mereformasi rezim nilai tukar dan meningkatkan fleksibilitas yuan perlu dilakukan," ungkap bank sentral.


Langkah ini bakal menolong posisi China yang diprediksi bakal mendapat banyak kritikan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan pimpinan G-20 lain. "Ini juga menjadi kemenangan kecil bagi Menteri Keuangan AS Timothy Geithner," ujar Kepala Ekonom Goldman Sachs Group Jim O'Neill.

Meski kebijakan itu diumumkan menjelang G-20, China enggan mengakui bahwa aksi itu untuk menghilangkan pembahasan yuan di agenda G-20. "Yuan adalah mata uang China. Jadi, saya pikir isu ini tidak harus menjadi diskusi internasional," tegasnya.

Zhang Tao, Kepala Departemen Internasional bank sentral China menegaskan, di pertemuan-pertemuan G-20 sebelumnya pun yuan tak pernah menjadi pembahasan resmi. "China memutuskan kebijakan nilai tukar murni berdasarkan pertimbangan domestik dan situasi ekonomi global," tegas Zhang.

Apalagi, lanjut dia, meski pemulihan ekonomi global terus terjadi. Kekhawatiran atas kembalinya krisis masih terus ada, terutama setelah munculnya krisis di Eropa.

Editor: Uji Agung Santosa