China biang kerok penurunan harga nikel



JAKARTA. Belum kondusifnya kondisi perekonomian di China disinyalir sebagai indikasi kuat kemerosotan permintaan untuk logam industri termasuk nikel. Tidak heran, harga nikel pun harus menukik.

Mengutip Bloomberg, Rabu (6/1) pukul 12.06 WIB harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menukik 0,23% ke level US$ 8.505 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Buruknya katalis di pasar global juga yang jadi penyebab harga nikel sudah terpuruk 2,24% dalam sepekan terakhir.

Andri Hardianto, Pengamat Komoditas menuturkan buruknya data manufaktur dan tingginya ketidakpastian ekonomi di China memang menampar pergerakan komoditas logam industri. Sebabnya, hingga kini China masih jadi konsumen utamanya.


“Stimulus terbaru yang digelontorkan pemerintah China itu untuk menggenjot ekspor artinya dari sisi permintaan belum membaik,” kata Andri.

Bahkan tidak menutup kemungkinan China yang merupakan produsen nikel bisa menambah tinggi stok di pasar global yang kini sudah berlebih.

China memang banyak menyerap nikel untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan stainless steel. Sementara berdasarkan data yang dirilis International Stainless Steel Forum, produksi stainless steel secara global periode Januari – September 2015 menyusut 0,5% dibanding periode yang sama tahun 2014 silam. Untuk produksi China di kuartal tiga 2015 merosot 6,5% dibanding kuartal sebelumnya.

Di akhir tahun lalu, Goldman Sachs Inc sudah menyatakan jika kondisi oversupply yang membayangi pasar nikel tidak akan berakhir dengan rencana pemangkasan produksi yang dilakukan beberapa produsen China. Sebab, jumlahnya dinilai terlampau kecil.

Ditambahkan Andri, “Apalagi dengan posisi lemahnya yuan saat ini maka harga impor nikel akan semakin tinggi, otomatis permintaan akan kian kering,” paparnya.

Gambaran fundamental bagi harga nikel sudah jelas, stok di pasar akan diacuhkan akibat tidak adanya permintaan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto