China blokir WHO dalam investigasi asal-usul Covid-19



KONTAN.CO.ID - BEIJING. New York Times melaporkan, China telah memblokir upaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyelidiki asal-usul virus corona baru.

Melansir Yahoo Finance, virus corona pertama kali dilaporkan berasal dari pasar hewan di Wuhan, China. Namun banyak pengamat telah mempertanyakan kisah asal-usul virus ini. Di antara masalah lainnya, hewan induk — spesies kelelawar — tidak dijual di pasar hewan tertentu, dan kota Wuhan adalah rumah bagi laboratorium virologi tempat mempelajari virus corona.

Menurut dokumen internal dan wawancara oleh New York Times, meski penyelidikan tentang asal-usul virus corona dapat membantu mencegah pandemi di masa depan, China tidak mengizinkan WHO untuk melakukan penyelidikan independen atas masalah tersebut.


Dokumen menunjukkan bahwa penelitian terhadap pasien pertama virus corona dan wabah di pasar hewan akan ditangani oleh para ilmuwan China, bersama personel WHO yang diatur untuk "menambah, bukan menduplikasi" penelitian itu. Para pejabat WHO juga mengeluh secara pribadi bahwa China belum memberi mereka akses penuh ke materi yang relevan dengan penyelidikan, meski secara terbuka memuji tanggapan China terhadap pandemi.

Baca Juga: Jepang membuka laboratorium uji Covid-19 di bandara bagi para pelancong

“Hal itu benar-benar ditutupi,” jelas Lawrence O. Gostin, seorang profesor hukum kesehatan global di Universitas Georgetown, mengatakan kepada New York Times mengenai penyelidikan badan tersebut. “Tapi jawabannya adalah, itulah yang terbaik yang bisa mereka negosiasikan dengan Xi Jinping.”

Pemerintahan Trump sangat marah atas kegagalan China dalam mencegah penyebaran virus corona. Bahkan Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menghentikan pendanaan AS ke WHO, dan menyalahkan organisasi tersebut karena memuji tanggapan China terkait penanganan corona.

Baca Juga: Rekor baru! Kasus virus corona global melonjak setengah juta kasus dalam 24 jam

Virus corona telah menewaskan sedikitnya 1,2 juta orang di seluruh dunia dan membuat lebih dari 46 juta orang jatuh sakit, dengan jumlah sebenarnya yang sakit dan meninggal kemungkinan lebih tinggi karena tidak dilaporkan.

Selanjutnya: Mulai kewalahan, Uni Eropa berlakukan sistem transfer pasien Covid-19 antarnegara

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie