China: Butuh waktu bertahun-tahun untuk memenuhi tuntutan perdagangan Amerika Serikat



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Setelah sempat manawarkan optimisme soal perkembangan perdamaian, perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali diselimuti tanda tanya. Pihak China menyebut butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa memenuhi tuntutan Amerika Serikat.

Dalam pembahasan perjanjian perdagangan antara kedua negara, pemerintaha Donald Trump menuntut sejumlah hal kepada China. Di antaranya adalah reformasi struktural terhadap kebijakan ekonomi dan perdagangan China.

Namun melakukan hal tersebut bukanlah perkara mudah. Cui Tiankai, Duta Besar China untuk Amerika Serikat menyebut untuk bisa memenuhi tuntutan tersebut, butuh waktu yang tidak sebentar.


Menurutnya beberapa tuntutan seperti komitmen untuk membeli barang-barang buatan AS memang dapat direalisasikan dalam kerangka waktu yang singkat. "Namun untuk reformasi struktural harus melalui proses legislatif yang dapat berlangsung mulai dari lima hingga sepuluh tahun untuk dicapai, katanya kepada South China Morning Post.

Dalam negosiasi yang sedang berlangsung, Washington telah menuntut agar Beijing mengatasi masalah struktural seperti subsidi pemerintah kepada pelaku industri, Selain itu menuwujdkan perlindungan terhadap kekayaan intelektual perusahaana sal AS.

Serta merubah kebijakan yang mewajibkan transfer teknologi secara paksa dari perusahaan asal Amerika yang beroperasi di Tiongkok. "Ada kerangka waktu yang berbeda untuk masalah yang berbeda," tergasnya.

Di sisi lain, China juga mengajukan beberapa tuntutan kepad Amerika Serikat dalam perundingan perdagangan. Cui menyebut salah satunya adalah meminta AS untuk tidak meningkatkan hambatan atas investasi perusahaan dari negaranya.

Ia juga mengakui kasus yang menimpa raksasa teknologi China, Huawei juga turut jadi perhatian pemerintah. Cui menyebut tindakan AS terhadap perusahaan tersebut sebagai sesuatu hal yang tidak masuk akal.

"Jujur saja, mereka seharusnya tidak memperlakukan Huawei seperti ini," katanya. "Ini sangat tidak adil."

Cui memang mengakui bahwa masalah Huawei merupakan isu yang terpisah dan bukan bagian dari negosiasi perdagangan yang sedang berlangsung. "Tapi tetap saja itu tidak adil, dan itu sangat aneh, sangat tidak masuk akal," katanya.

"Orang-orang di pemerintahan Amerika bepergian ke seluruh dunia berusaha menghentikan orang lain membeli barang-barang dari Huawei. Hal ini sangat picik dan bodoh," ungkap Cui.

Editor: Tendi Mahadi