China butuh waktu lebih dari sedekade untuk punya industri chip yang kuat



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pakar semikonduktor menyebut China membutuhkan waktu lebih dari satu dekade untuk bisa mengejar ketinggalan dari sejumlah negara termasuk Amerika Serikat di tengah ketegangan perdagangan yang makin meningkat.

Untuk bisa membangun industri chip yang kuat, China disebut butuh waktu yang tidak sebentar. "Ini adalah industri yang sangat menantang dan brutal, sangat bergantung pada akumulasi industri secara jangka panjang," kata Jay Huang Jie, mitra pendiri dari Jadestone Capital dan mantan Direktur Pelaksana Intel China.

"China harus siap untuk melakukan maraton setidaknya selama satu dekade. Selain itu, selama periode tersebut, industri pun harus siap untuk menanggung kerugian," katanya.


Kemungkinan eksodus manufaktur semikonduktor kelas atas dari Cina, yang dipicu oleh perang dagang dengan AS, dapat memberikan tekanan lebih lanjut pada negara tersebut ketika mencoba untuk mengejar ketinggalan di bidang ini. 

"Akan mengkhawatirkan jika rantai pasokan menjauh dari China setelah tarif impor dinaikkan." lanjut dia.

Meski China dinilai cukup setara dengan sejumlah kompetitor global soal desain chip, namun ada kesenjangan selama 10 tahun dalam hal pendirian bisnis secara berkelanjutan. 

Seruan Beijing untuk meningkatkan swasembada dalam teknologi strategis, termasuk pembuatan chip menyeruak ketika AS memblokir perusahaan asal China, termasuk Huawei.

Huawei dimasukkan ke dalam daftar hitam setelah AS menilai perusahaan yang berbasis di Shenzhen tersebut terlibat dalam kegiatan yang bertentangan dengan keamanan nasional maupun kepentingan kebijakan luar negeri dari negara tersebut. Hal ini membuat Huawai diblokir untuk dari membeli teknologi asal Amerika, termasuk chip dan perangkat lunak.

Di sisi lain, Presiden China Xi Jinping menekankan perlunya kemandirian dan inovasi untuk menangkis berbagai tantangan dari AS. "Hanya jika kita memiliki kekayaan intelektual dan teknologi inti kita sendiri, maka kita dapat membuat produk dengan daya saing," kata Xi.

Editor: Tendi Mahadi