BEIJING. Bank Sentral China alias People Bank of China (PBOC) terus mengguyur stimulus di pasar modal guna mendongkrak harga saham. Menurut para trader, Selasa (28/7), PBOC kembali menyuntik dana sebesar CNY 50 miliar atau sekitar US$ 8,05 miliar, terbesar sejak Juli 2015. Sebelumnya, PBOC telah menggelontorkan duit senilai CNY 30 miliar ke dalam sistem keuangan pada pekan lalu. Keputusan ini diambil setelah China kehilangan dana hingga CNY 45 miliar pada minggu sebelumnya. Di awal minggu ini, indeks komposit Shanghai terjun 8,5%. Namun, upaya China menopang pasar saham belum kelihatan. Indeks CSI300, indek perusahaan-perusahaan besar yang terdaftar di bursa Shanghai dan Shenzen masih turun 0,2% di hari kedua minggu ini. Begitu juga dengan indeks komposit Shanghai tergelincir 1,7% ke level 3.663.
"Kepercayaan investor ritel di pasar China sangat lemah," ujar Steven Leung, Direktur UOB Kay Hian Hong Kong seperti ditulis Reuters. Tak semua saham babak belur. Beberapa saham milik sekuritas dan perbankan masih bisa bergerak naik, kemarin. Mengutip The Wall Street Journal, harga saham Haitong Securities Co dan China Merchant Securities Co masing-masing naik 7% setelah sebelumnya turun 10%. Begitu pula dengan harga saham Bank of Communications Co dan Bank of China Ltd yang masing-masing naik 1,9% dan 0,9%. Sebelumnya, kedua bank ini harga sahamnya ambles 10% dan 7,6% pada Senin (27/7). Volatilitas saham Gejolak liar di pasar saham China memicu kekhawatiran bagi kalangan investor global tentang perekonomian dan kesehatan pasar modal di negara Tembok Besar tersebut. Kepanikan ini membuat investor Asia bergegas untuk mengamankan aset ke obligasi pemerintah dan yen Jepang. Turbulensi baru juga menimbulkan pertanyaan tentang efektifitas strategi Pemerintah China dalam mengintervensi supaya pasar saham terkendali. Bernard Aw, ahli strategi pasar IG di Singapura mengatakan, campur tangan pemerintah di pasar modal dapat bekerja tetapi dalam jangka pendek. "Tapi tetap akan menciptakan masalah jangka panjang," kata Bernard. Salah satu perencana utama ekonomi China menggambarkan gejolak pasar saham sebagai abnormal. Sekretaris Jenderal Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China, Li Pumin mengatakan, China membutuhkan sarana menjaga kesehatan pasar saham. Ia masih yakin pada prospek ekonomi di semester kedua tahun ini. "Fundamental ekonomi China stabil dan berubah menjadi lebih baik," kata Li.
Sekadar menyegarkan ingatan, indeks saham utama China sempat melejit lebih dari dua kali lipat pada pertengahan Juni lalu sebelum longsor. Dalam hitungan minggu, indeks saham kehilangan nilai lebih dari 30%. Regulator menempuh serentetan upaya untuk mencegah kelanjutan longsornya harga saham. Bank Sentral China memangkas suku bunga. Bahkan, para broker sepakat membentuk dana stabilisasi. Lalu, Pemerintah China membatasi dana pensiun dan asuransi berinvestasi di pasar saham. Pemerintah China juga menindak investor yang melakukan transaksi short selling di pasar berjangka. Kemudian, pengambil keputusan di China juga membekukan initial public offering (IPO) untuk mencegah kekeringan likuiditas. Selain itu juga, banyak perusahaan di bursa yang dibekukan sementara perdagangan sahamnya. Kabar teranyar, regulator sedang menyelidiki berbagai praktik dumping saham tanpa menyebut secara rinci. "China Securities and Regulatory Commission (CSRC) melakukan inspeksi dan penyidikan hukum, khususnya tentang petunjuk dumping saham pada tanggal 27," ujar Jurubicara CSRC Zhang Xiaojun.
Editor: Yudho Winarto