KONTAN.CO.ID -BEIJING. Pemerintah China dan Amerika Serikat (AS) masih terus bekerja keras siang dan malam untuk mencapai kesepakatan dagang yang mengakomodasi kepentingan kedua negara itu dan juga harapan dunia. Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen mengaku optimis terhadap negosiasi yang dilakukan dengan Washington. Namun, dia menekankan bahwa mekanisme perdagangan yang akan diputuskan harus sama-sama adil bagi kedua belah pihak. Pemerintah dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut masih berkutat pertarungan tarif impor selama berbulan-bulan setelah Washington menekan Beijing untuk menghapuskan kebijakan kewajiban transfer teknologi, akses pasar dan hak kekayaan intelektual bagi perusahaan AS yang beroperasi di China.
Kemajuan negosiasi yang dilakukan keduanya telah mendorong Gedung Putih untuk menunda kenaikan tarif tanpa batas atas impor Cina senilai $ 200 miliar yang tadinya akan dimulai pada 2 Maret. Menurut Wang, saling menampar dengan kebijakan tarif berdampak buruk bagi pekerja, petani, eksportir dan produsen."Itu merusak kepercayaan investor dan menunda keputusan investasi perusahaan," kata Wang seperrti dikutip darri Reuters, Minggu (10/3). Wang bilang, saat ini tim ekonomi dan perdagangan kedua belah pihak tengah melakukan upaya penuh untuk berkomunikasi dan bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan sesuai dengan prinsip dan arah yang diputuskan oleh kedua kepala negara. Komunikasi yang dilakukan siang dan malam tersebut dilakukan untuk menghapus semua tarif yang dikenakan pada satu sama lain, sehingga hubungan perdagangan bilateral antara China dan Amerika Serikat dapat kembali normal. Para pejabat senior masing-masing negara telah bolak-balik antara Beijing dan Washington. Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer telah melakukan makan bersama. Namun, tidak jelas kapan atau di mana negosiator senior dari kedua negara itu akan bertemu berikutnya. Peemerintah A.S. juga menuntut agar China mengekang subsidi besar-besaran terhadap perusahaan-perusahaan di negara tirai bambu itu dan membuka pasar domestiknya untuk perusahaan AS. Sementara Kepala Reguator BUMN China mengatakan pemerintah China tidak memberikan subsidi secara sistematis kepada perusahaan pelat merah mereka. "Dapat dikatakan bahwa China tidak memiliki undang-undang dan peraturan yang secara khusus menangani masalah subsidi untuk perusahaan milik negara," kata Xiao Yaqing, head of the State-owned Assets Supervision and Administration Commission (Sasac). Xiao bilang, China saat ini justru sedang membersihkan dan melakukan standarisasi berbagai subsidi. China sedang mengerjakan standardisasi subsidi untuk menciptakan pasar yang setara bagi perusahaan dari semua jenis dan ukuran. Tidak jelas apakah standardisasi mengacu pada penyesuaian subsidi atau penghapusan seluruhnya.
Penasihat perdagangan Gedung Putih Clete Willems pada Jumat lalu mengatakan, pejabat administrasi AS belum membuat rencana baru untuk mengirim tim ke China untuk pembicaraan perdagangan tatap muka meskipun ada banyak pekerjaan yang masih harus dilakukan untuk mencapai kesepakatan. Sementara, Donald Trump pada bulan lalu mengatakan kemungkinan menandatangani kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang dengan Presiden China Xi Jinpin di Mar-a-Lago, Florida jika mereka bisa menjembatani perbedaan yang tersisa. Xi pada pertengahan bulan ini akan pergi ke Prancis dan Italia. Itu menimbulkan spekulasi bahwa ia mungkin akan melakukan perjalanan ke Amerika Serikat sebelum atau setelah kunjungannya ke Eropa. Namun, salah satu sumber yang berbasis di Beijing yang akrab dengan pembicaraan perdagangan mengatakan tidak ada pembicaraan formal antara kedua negara tentang Xi yang akan ke Florida, dan mengecilkan kemungkinan itu terjadi bulan ini.
Editor: Azis Husaini