China dan India Jadi Penyumbang Emisi Karbon Global Terbesar



KONTAN.CO.ID - Data terbaru dari kelompok pengamat emisi karbon global, Global Carbon Project, menunjukkan bahwa tahun ini dunia mengeluarkan 1,1% lebih banyak karbon dioksida. Peningkatan polusi di China dan India jadi salah satu faktor utama.

Menurut kelompok tersebut, pembakaran bahan bakar fosil dan pembuatan semen tahun ini telah menambah emisi setara dengan 1,17 juta kilogram karbon dioksida ke atmosfer setiap detiknya.

Jika China dan India tidak dimasukkan dalam perhitungan tersebut, emisi karbon dioksida dunia dari pembakaran bahan bakar fosil dan produksi semen akan turun.


Baca Juga: AS dan Indonesia akan Bahas Potensi Kesepakatan Mineral EV

Peningkatan emisi karbon global itu dilaporkan pada hari Selasa (5/12) pada momen perundingan iklim internasional. Para pemimpin dunia sepakat untuk berusaha mengurangi emisi sebesar 43% pada tahun 2030.

Sayangnya, catatan Global Carbon Project menunjukkan bahwa polusi karbon terus meningkat, dengan 36,8 miliar metrik ton dibuang ke udara pada tahun 2023, dua kali lipat jumlah tahunan dibandingkan 40 tahun yang lalu.

"Para pemimpin yang bertemu di COP28 Dubai harus menyetujui pengurangan emisi bahan bakar fosil secara cepat bahkan untuk mempertahankan target angka 2 (derajat Celsius, 3,6 derajat Fahrenheit) bisa tetap tercapai," kata kata penulis utama penelitian Pierre Friedlingstein dari Universitas Exeter.

Baca Juga: Pasca Diwali, 3 Kota di India Ini Masuk Daftar 10 Kota Paling Tercemar di Dunia

China dan India Penyumbang Emisi Karbon Terbesar

Mengutip AP News, temuan Global Carbon Project menunjukkan bahwa peningkatan emisi karbon terjadi di tiga titik utama, yaitu China, India, dan industri penerbangan.

Emisi bahan bakar fosil China meningkat 458 juta metrik ton dibandingkan tahun lalu, India meningkat 233 juta metrik ton, dan emisi penerbangan meningkat 145 juta metrik ton.

Di luar China dan India, emisi bahan bakar fosil dunia justru berhasil turun hingga 419 juta metrik ton. Kondisi ini diklaim bisa terjadi berkat penurunan emisi di Eropa sebesar 205 juta metrik ton dan 154 juta metrik ton di Amerika Serikat.

Baca Juga: Melarang Kembang Api Jadi Cara New Delhi Kurangi Polusi Udara

Eropa diklaim berhasil menurunkan emisi hingga 8% karena mampu mengurangi emisi batu bara, minyak, gas, dan semen. Sementara penurunan di AS hampir seluruhnya disebabkan oleh batubara, dengan sedikit peningkatan pada emisi minyak dan gas.

Menariknya, tahun lalu emisi karbon juga meningkat dari tahun sebelumnya, namun justru tutun di China karena masih terkena dampak gelombang kedua pembatasan terkait Covid-19. Tahun ini,  lonjakan emisi di China mencapai 4%.

Perhitungan tersebut didasarkan pada data dari berbagai negara dan perusahaan hampir sepanjang tahun dan para ilmuwan memproyeksikan hal tersebut hingga akhir bulan Desember 2023.