China dan India mendukung rebound harga CPO



JAKARTA. Menurut Analis, sentimen yang menyelimuti minyak sawit mentah (CPO) masih mixed, Namun diprediksi akan menguat sampai akhir tahun. Penguatan harga CPO ditopang oleh perekonomian China yang membaik dan peningkatan permintaan di India untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya.

Mengutip Bloomberg, pada Kamis (20/10) pukul 17.05 WIB harga CPO pengiriman Januari 2017 di Malaysia Derivatives Exchange sedikit melemah sebesar 0,55% ke level RM 2.717 per metrik ton, setelah pada hari sebelumnya ditutup di level RM 2.7323 per metrik ton.

Namun apabila dibandingkan dengan sepekan sebelumnya, harga CPO mengalami kenaikan sebanyak 3,46%. Tercatat, pada Kamis (13/10) lalu harga CPO berada di level RM 2.626 per metrik ton.


Deddy Yusuf Siregar, analis Asia Tradepoint Futures mengatakan, kenaikan harga CPO beberapa hari ini ditopang oleh kenaikan harga minyak yang cukup banyak. "Memang, cadangan minyak AS juga dilaporkan turun, jadi sedikit banyak mempengaruhi harga CPO," terang dia.

Memang, sejauh ini harga minyak mentah WTI di New York Mercantile Exchange mampu bertahan di level US$ 51 per barel. Apalagi ditunjang oleh melemahnya ringgit Malaysia terhadap dollar AS.

Apabila dikaitkan dengan sisi permintaannya sendiri, Deddy melihat sebenarnya harga CPO berpotensi untuk rebound pada awal tahun 2017 karena ditopang oleh perbaikan ekonomi China dan permintaan India yang meningkat.

Menurut Deddy, perekonomian China memang terlihat sedang bergerak ke arah yang lebih baik, terbukti dengan naiknya pengeluaran konsumen dan PDB yang tumbuh sebanyak 6,7% pada kuartal ketiga 2016. "Perekonomian nasional tumbuh stabil dengan kemajuan dan peningkatan kualitas," kata Biro Statistik Nasional China.

Sedangkan India, secara tren memang akan meningkatkan permintaan jelang festival keagamaan pada bulan September hingga November. Puncak perayaan diwali di India sendiri jatuh pada 30 November ini.

Namun di lain pihak, pasokan Indonesia malah diprediksi akan bertambah mengingat musim panen yang sudah tiba. Seperti dikutip dari Reuters, produksi bulan lalu naik 2,4% menjadi 2,9 juta metrik ton. "Produksi meningkat karena dampak dari el Nino sudah mulai berkurang dan musim panen sudah tiba pada September," kata Direktur Eksekutif Gabungan Pensgusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadhil Hasan.

Namun demikian, Deddy melihat sepanjang Januari - Februari 2017 nanti, ada kemungkinan pasokan di Malaysia turun. "Kalu bicara fundamental memang CPO mixed. Sentimennya tarik menarik," kata Deddy.

Deddy sendiri mengajak kita untuk berhati-hati pada Jumat (21/10). "Karena pada akhir pekan, pelaku pasar cenderung untuk melakukan aksi profit taking," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto