China dan Jepang berebut pendanaan proyek infrastruktur di Asia Tenggara



KONTAN.CO.ID - TOKYO. Beberapa tahun terakhir, banyak negara menggeber proyek infrastruktur untuk menghidupkan lagi ekonominya yang lesu. Negara-negara di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia mengambil pilihan ini. Peluang tersebut juga diendus China dan Jepang. Dua negara itu bersaing mendanai proyek-proyek infrastruktur di Asia Tenggara. China memang terlihat paling agresif. Namun sebetulnya, Jepang masih mendominasi investasi infrastruktur di kawasan ini.

DUA raksasa ekonomi Asia, China dan Jepang merupakan negara yang paling getol berinvestasi di infrastruktur. Bukan cuma di dalam negeri tetapi juga di luar negeri, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Kawasan ini kebetulan sedang gencar menggeber proyek infrastruktur untuk mendongkrak pertumbuhan ekonominya.

Dua negara tersebut bersaing memperluas investasi infrastruktur di kawasan tersebut. China paling mencuri perhatian media massa untuk investasi proyek infrastruktur, terutama di Asia Tenggara, lewat program investasi infrastruktur bertajuk Belt and Road Initiative. Negeri Tembok Besar itu acap diberitakan mendanai proyek-proyek besar infrastruktur di Asia Tenggara.


Namun sejatinya, menurut data BMI Research yang dikutip Bloomberg, Jepang masih berada di posisi terdepan dalam proyek pendanaan infrastruktur di Asia Tenggara. Total, Jepang mendanai 237 proyek infrastruktur di kawasan ini. Sementara China mendanai 191 proyek.

Seiring populasi penduduknya yang bertambah tua, Pemerintah Jepang dan korporasi Negeri Sakura gencar mencari pasar baru di luar negeri. Jepang tercatat mendominasi investasi infrastruktur di Filipina dan Vietnam. China tak mau kalah dan meningkatkan persaingan dengan mendanai proyek infrastruktur di negara-negara yang menjadi jalur Belt and Road yang merupakan gagasan Presiden Xi Jinping untuk menghidupkan jalur sutera modern.

Infrastruktur memang semakin meningkat dan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di kawasan ini. Kesenjangan pendanaan atau financing gap proyek infrastruktur yang besar membuat negara-negara di Asia Tenggara menawarkan proyek ke investor asing.

Indonesia misalnya menawarkan pipeline proyek infrastruktur lebih dari 250 proyek. Sementara Filipina berencana menghabiskan dana sebanyak US$ 180 miliar untuk rel, jalan dan bandara. Singapura juga akan menggandakan sistem angkutan massalnya.

Kalau dihitung sejak tahun 2000-an, menurut BMI, investasi infrastruktur Jepang di Asia Tenggara telah mencapai US$ 230 miliar. Sedangkan investasi China sebanyak US$ 155 miliar.

Editor: Rizki Caturini