China dan Rusia bantah lakukan serangan siber terhadap sistem KPU



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi Pemilihan Umum (KPU) menuduh peretas asal China dan Rusia menyerang basis data pemilih Indonesia dalam upaya mengganggu pemilihan presiden 2019. Namun kedua negara dengan tegas menampik pernyataan tersebut.

Dilansir dari Bloomberg, ketika Indonesia bersiap untuk pemilihan presiden dan pemilhan legislatif pada 17 April mendatang, KPU menyebut pihaknya menghadapi gelombang serangan dunia maya yang dinilai bertujuan untuk mendiskreditkan proses pemilihan. 

Ketua Komisi Pemilihan Umum Indonesia Arief Budiman mengatakan beberapa serangan berasal dari Rusia dan Cina. Serangan ini di antaranya termasuk upaya untuk memanipulasi atau memodifikasi konten serta untuk menciptakan apa yang disebut pemilih hantu atau identitas pemilih palsu.


"Mereka mencoba meretas sistem kami," katanya Budiman pada hari Selasa (14/3). 

“Tidak hanya setiap hari. Tapi hampir setiap jam," lanjutnya.

Mendengar tudingan tersebut, China pun memberikan pernyataannya. Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan menyebut negaranya tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri negara lain. Pemerintah China juga dengan tegas mengklaim menentang aksi peretasan.

China menyebut sejauh ini pihak Indonesia belum memberikan informasi tentang tuduhan tersebut, tetapi pemerintah mengaku siap bekerja sama dalam memerangi peretasan jika memang ada bukti. 

Dugaan peretasan sistem oleh negara lain makin mencuat semenjak tuduhan campur tangan Rusia pada pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016 yang dimenangkan oleh Donald Trump.

Terlepas dari hal tersebut, Rusia juga menolak tuduhan telah melakukan serangan dunia maya di Indonesia. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar.

"Rusia tidak berniat ikut campur dalam urusan negara lain, terutama dalam proses pemilihan. Kami tentu tidak suka jika hal yang sama dilakukan kepada kami," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi