China dan Timur Tengah bisa menjadi alternatif ekspor udang Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan Amerika Serikat (AS) soal proteksi perdagangan dikhawatirkan berimbas juga ke ekspor udang asal Indonesia. Namun pengusaha melihat ada kesempatan menggenjor ekspor ke pasar China dan Timur Tengah.

Iwan Sutanto, Ketua Indonesia Shrimp Club mengatakan, kedua wilayah tersebut menjadi opsi yang menarik d itengah tekanan regulasi dari Uni Eropa dan ketidakpastian regulasi tarif AS. "Sekarang China sudah mulai impor jumlah kecil dari kita dan potensinya besar, dulu mereka dari Vietnam tapi sempat ada masalah," kata Iwan, Senin (20/8).

Iwan melanjutkan China dan Timur Tengah memiliki potensi besar karena memiliki jumlah masyarakat dan permintaan yang besar. Namun ia enggan merinci besaran ekspor dan potensi saat ini.


Menurut Iwan, secara umum ekspor udang Indonesia saat ini setara 70% dari produksi nasional. Artinya bila Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun ini menargetkan produksi tahun ini mencapai 700.000 ton, maka ekspor setara 490.000 ton. Mayoritas ekspor udang ditujukan ke AS dan diikuti oleh Eropa. Oleh karena itu, bila Indonesia ingin terus mempertahankan pasar dan kualitas udang, pengembangan di sektor tambak sangat diperlukan.

Adapun harga udang mengikuti mengikuti kondisi luar negeri karena bersaing dengan produksi dari Vietnam dan India. Saat ini, menurut Iwan, harga udang sempat menurun karena sempat ada surplus produksi dari India. Salah satu akibatnya kini udang ukuran 30 yang dahulu mencapai harga Rp 93.000 per kilogram kini turun sebanyak Rp 7.000 per kg. Saat ini, harga rata-rata udang berada di kisaran Rp 80.000 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat