KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri furnitur nasional mulai mendapatkan tekanan dari para pesaing khususnya China dan Vietnam seiring pemulihan covid-19. Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, industri furnitur menargetkan pasar ekspor dapat mencapai US$ 5 miliar pada 2024 mendatang. Pada tahun lalu, nilai ekspor mencapai US$ 3,5 miliar. Demi mengejar target yang ada, Airlangga menilai, ada dua hal yang harus dilakukan yakni optimalisasi bahan baku dan juga pasar ekspor.
"Bahan baku salah satu kaitannya dengan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) kan ditanggung pemerintah. Nanti Kemenperin akan berpartisipasi disitu," kata Airlangga selepas Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2023, Kamis (9/3).
Baca Juga: Sasar Pasar Ekspor Baru, HIMKI Proyeksi Industri Furnitur Tumbuh 8% Airlangga melanjutkan, perluasan pasar ekspor menjadi salah satu target pemerintah ke depannya. Saat ini, Vietnam menjadi salah satu pesaing utama untuk industri furnitur di pasar ekspor. Airlangga menyebutkan, Vietnam dapat mencatatkan transaksi hingga US$ 18 miliar walaupun tidak memiliki bahan baku. "Mereka yang tidak punya bahan baku bisa sampai US$ 18 miliar. Jadi minimal di Asean itu menjadi benchmark kita karena dari segi craftmantship kita lebih unggul, dari segi ketersediaan bahan baku pun kita ada," kata Airlangga. Demi menggenjot pasar ekspor, Airlangga memastikan pembiayaan ekspor akan disokong oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Promosi dan Pemasaran HIMKI Djudjuk Aryati menambahkan, industri mebel dan kerajinan Indonesia mendapatkan angin segar selama dua tahun terakhir. Pasalnya, pandemi covid-19 yang melanda global membuat pesanan ekspor meningkat signifikan. Salah satu faktor yang mempengaruhi yakni kebijakan lockdown yang dilakukan Pemerintah China serta belum stabilnya aktivitas industri mebel dan kerajinan dari Vietnam. Kondisi ini membuat buyer kedua negara tersebut mencari produsen alternatif di Indonesia.
Meski demikian, seiring pemulihan covid-19, industri mebel dan kerajinan Indonesia kini menghadapi tantangan dalam menggenjot pasar ekspor. "Bisa dikatakan dampak dari dibukanya lockdown di Eropa dan selama dua tahun mereka panic buying ini jadi mereka punya overstok yang harus dihabiskan disemester pertama," kata Djudjuk.
Baca Juga: Gelar IFEX 2023, HIMKI Targetkan Transaksi Hingga US$ 1 Miliar Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat