KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China kembali menegaskan permintaannya kepada Belanda agar memperbaiki apa yang disebutnya sebagai “kesalahan” terkait pengambilalihan perusahaan chip Nexperia dan segera menghapus hambatan yang mengganggu stabilitas rantai pasok global semikonduktor. Kasus ini bermula pada September lalu, ketika Belanda mengambil alih kendali Nexperia, anak perusahaan Belanda dari firma China, Wingtech. Pemerintah Belanda menyatakan langkah ini dilakukan untuk mencegah pendiri perusahaan memindahkan teknologi dan produksi Nexperia ke China.
Tindakan ini memicu ketegangan antara kedua negara, dan Beijing merespons dengan memblokir ekspor chip Nexperia, yang digunakan dalam kendaraan dan produk elektronik konsumen, sebagian besar diproses di China.
Baca Juga: Taiwan Tetap Waspada Meski Kapal Perang China Mulai Menjauh Usai Latihan Militer “Kami sekali lagi mendesak Belanda untuk tidak bertindak sepihak, tetapi segera memperbaiki kesalahannya dan menghapus hambatan untuk memulihkan stabilitas serta keamanan rantai pasok global semikonduktor,” kata Kementerian Perdagangan China dalam pernyataan resmi mereka, Rabu (31/12). Hingga Rabu pagi, pemerintah Belanda belum memberikan komentar resmi mengenai permintaan China tersebut. Sebelumnya pada November, Belanda menangguhkan intervensinya di Nexperia sebagai langkah itikad baik, sembari melanjutkan negosiasi dengan pihak China. Sejak itu, Wingtech telah memulai pembicaraan dengan pengurus yang ditunjuk pengadilan terkait pengelolaan Nexperia di Belanda. Namun, Menteri Urusan Ekonomi Belanda, Vincent Karremans, tetap mempertahankan keputusan pemerintah untuk mengintervensi Nexperia. Dalam wawancara terbaru dengan harian Belanda, De Telegraaf, Karremans menegaskan bahwa pengambilalihan ini bukan tindakan yang menyenangkan, tetapi dianggap perlu.
Baca Juga: China Ubah Subsidi Tukar Mobil Tua, Penjualan BYD dan Produsen Lain Terancam “Saya tidak menilai keputusan saya berdasarkan apakah menyenangkan atau tidak. Yang penting adalah langkah itu diperlukan,” ujarnya. Kementerian Perdagangan China menilai sikap Belanda membingungkan dan menekankan bahwa intervensi administratif Belanda telah memicu krisis dalam rantai pasok global semikonduktor. “China telah berulang kali menekankan bahwa campur tangan administratif Belanda yang tidak tepat dalam urusan internal Nexperia telah menyebabkan krisis ini, dan Belanda harus menanggung penuh tanggung jawabnya,” tegas kementerian tersebut. Kasus Nexperia mencerminkan ketegangan yang lebih luas dalam industri semikonduktor global, di mana akses teknologi dan rantai pasok menjadi isu strategis bagi banyak negara.
Baca Juga: China Siapkan Kebijakan Ekonomi Lebih Proaktif Dorong Pertumbuhan 2026 Para analis memperingatkan bahwa konflik ini berpotensi memengaruhi produksi chip secara global, yang berdampak pada industri otomotif, elektronik konsumen, dan sektor teknologi lainnya. Dengan situasi yang masih dinamis, mata dunia kini tertuju pada langkah diplomatik Belanda dan respons China, yang akan menentukan arah stabilitas rantai pasok semikonduktor global pada tahun-tahun mendatang.