KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China tampaknya semakin meruncing. Setelah AS menyerang China bertubi-tubi, kini giliran Negeri Tirai Bambu tersebut menuntut balas. Salah satu surat kabar China pada hari Rabu (29/5) memperingatkan dalam komentar keras tentang langkah China yang akan meningkatkan ketegangan di antara kedua negara perekonomian terbesar di dunia tersebut. Mengutip
Reuters, surat kabar tersebut memberitakan kunjungan Presiden China Xi Jinping ke pabrik logam tanah jarang (
rare earths) minggu lalu telah memicu spekulasi bahwa China akan menggunakan posisi dominannya sebagai pengekspor logam tanah jarang ke AS sebagai pengungkit perang dagang.
Logam tanah jarang merupakan tanah yang mengandung 17 unsur kimia yang digunakan dalam segala hal. Mulai untuk produk elektronik konsumen berteknologi tinggi hingga peralatan militer. Prospek logam tanah jarang ini dijadikan sebagai komoditas politik berpotensi membuat harganya melambung dan harga saham perusahaannya berpotensi melonjak, termasuk perusahaan yang dikunjungi oleh Xi. Sementara China sejauh ini tidak secara eksplisit mengatakan akan membatasi penjualan
rare earth ke Amerika Serikat, namun media China secara kuat menyiratkan ini akan terjadi. Dalam komentar yang bertajuk “Amerika Serikat, jangan meremehkan kemampuan China untuk menyerang balik”, Harian Rakyat resmi mencatat ketergantungan AS yang tanah yang langka dari Tiongkok tersebut. "Akankah bumi langka tersebut menjadi senjata balasan bagi China untuk membalas balik tekanan yang dilakukan AS tanpa alasan sama sekali? Jawabannya bukan misteri," tulis surat kabar tersebut. "Tidak diragukan lagi, pihak AS ingin menggunakan produk yang dibuat oleh logam tanah jarang yang diekspor China untuk melawan dan menekan pembangunan China. Rakyat Tiongkok tidak akan pernah menerima ini! "Tambah surat kabar Partai Komunis yang berkuasa. “Kami menyarankan pihak AS untuk tidak meremehkan kemampuan pihak China untuk melindungi hak dan kepentingan pengembangannya. Jangan katakan kami tidak memperingatkan Anda!" Ungkapan "jangan katakan kami tidak memperingatkan Anda" pada umumnya hanya digunakan oleh media resmi Tiongkok untuk memperingatkan saingan atas daerah-daerah perselisihan utama, misalnya selama perselisihan perbatasan dengan India pada 2017 dan pada 1978 sebelum China menginvasi Vietnam. Dalam editorialnya sendiri pada hari Rabu, surat kabar Global Times mengatakan larangan ekspor logam tanah jarang merupakan senjata ampuh jika digunakan dalam perang dagang China-AS. "Namun demikian, China terutama akan menggunakannya untuk pertahanan" tambahnya. Media tersebut melanjutkan bahwa sementara China mungkin mengalami kerugian dari larangan ekspor, namun Amerika Serikat akan lebih menderita. Editor surat kabar itu mengatakan di Twitter pada Selasa malam bahwa Beijing serius mempertimbangkan membatasi ekspor tanah jarang ke Amerika Serikat. China telah menggunakan penjualan tanah jarang untuk memberikan tekanan dalam sengketa diplomatik sebelumnya. Pada 2010, Beijing memotong kuota ekspor tanah jarang setelah kapal pukat China bertabrakan dengan dua kapal Penjaga Pantai Jepang di dekat pulau-pulau tak berpenghuni di Laut China Timur yang diklaim kedua negara. Pada 2012, Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa mengadu ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas pembatasan tersebut. Dua tahun kemudian, China ditegur WTO karena mengutip alasan lingkungan untuk membenarkan kuota. Akhirnya membatalkan sistem kuota ekspor setelah kehilangan kasus ini. Ahli perdagangan China mengatakan, jika Beijing membatasi ekspor tanah jarang ke Amerika Serikat, kemungkinan China akan mengikuti alasan yang dipakai Washington yakni faktor keamanan nasional sebagai pembenaran. China telah berulang kali mengecam Washington atas apa yang dikatakannya adalah pelanggaran pengecualian keamanan nasional di WTO, termasuk minggu ini ketika, menurut laporan media, menuduh Amerika Serikat melanggar aturan dengan memasukkan daftar hitam Huawei Technologies Co Ltd, jaringan telekomunikasi terbesar di dunia pembuat. Tetapi China selama bertahun-tahun telah menggunakan pertimbangan keamanan nasional untuk memblokir perusahaan teknologi AS besar termasuk Google dan Facebook, agar tidak beroperasi di pasarnya.
Pembatasan semacam itu dalam beberapa tahun terakhir memicu panggilan dari dalam beberapa bagian komunitas bisnis AS bagi Washington untuk mengejar lebih banyak kebijakan timbal balik dengan Beijing. Saham perusahaan yang dikunjungi Xi minggu lalu, JL MAG Rare-Earth Co Ltd, melonjak 10% ke rekor tertinggi pada hari Rabu, setelah naik 134,1% pada bulan Mei saja. China Rare Earth Holdings Ltd melonjak lebih dari 40%, sementara Australia Lynas Corp, satu-satunya produsen
rare earth di luar China, naik sebanyak 14,6%. China menyumbang 80% impor tanah jarang antara tahun 2014 dan 2017 oleh Amerika Serikat, yang telah mengecualikan komoditas ini dari tarif baru-baru ini bersama dengan beberapa mineral China penting lainnya. Beijing, bagaimanapun, telah menaikkan tarif pada impor bijih logam tanah jarang A S dari 10% menjadi 25% dari 1 Juni.
Editor: Noverius Laoli