BEIJING. Nafsu korporasi China untuk tumbuh di pasar global memang tak terbendung. Mereka getol mencaplok perusahaan berskala internasional. Alhasil, separo dari total nilai transaksi merger dan akuisisi di kawasan Asia Pasifik disumbang oleh korporasi asal negeri tembok raksasa. Mengutip Bloomberg, Jumat (18/12), aksi merger dan akuisisi yang melibatkan perusahaan di wilayah Asia Pasifik tahun ini melonjak 55% menjadi US$ 1,2 triliun. Itu berarti, perusahaan China menyumbang US$ 600 miliar.
Perusahaan-perusahaan China mengincar beberapa aset utama dunia seperti Pirelli & C. SpA dari Italia. "Kami melihat perusahaan China mengejar merek, keahlian, dan intelektual properti untuk bergerak ke mata rantai atas," ujar Brian Gu, Co-Head of Mergers and Acquisitions Asia Pasific JP Morgan Chase & Co. Morgan Stanley adalah penerima manfaat terbesar dari booming merger dan akuisisi, dengan melahap pangsa pasar sebesar 17,6% dari seluruh transaksi di Asia Pasifik. Menyusul kemudian Goldman Sachs Group Inc. dengan pangsa sebanyak 14,4%. Adapun transaksi China yang memecahkan rekor, pertama kelompok investor yang dipimpin oleh Zhou Hongyi yang menawar Qihoo 360 Technology Co. senilai US$ 8,4 miliar. Kedua, China National Chemical Corp. membeli Pirelli dengan harga US$ 8 miliar. Perusahaan ini juga dalam tahap negosiasi untuk mengambil alih perusahaan pembuat benih asal Swiss, Syngenta AG. Ketiga, Tsinghua Unigroup Ltd memborong 15% saham Western Digital Corp dengan nilai US$ 3,8 miliar. Keempat, WuXi Pharma Tech, perusahaan farmasi, bioteknologi, dan alat-alat kesehatan yang beroperasi di China serta Amerika Serikat (AS) telah menyelesaikan merger dengan WuXi Merger Limited. Nilai penggabungan kedua korporasi ini ditaksir sekitar US$ 3,3 miliar. Transaksi tidak sukses
Cuma, tidak semua dealmaking perusahaan China berjalan mulus. Setidaknya ada lima transaksi yang menemui ganjalan. Ambil contoh, niatan Tsinghua Unigroup meminang Micron Technology Inc. senilai US$ 23 miliar. Namun, proposal Tsinghua Unigroup ditanggapi dingin oleh manajemen Micron Technology. Lalu, kesepakatan bernilai US$ 2,8 miliar antara Royal Philips dan Go Scale Capital juga belum tuntas, lantaran terbentur peraturan AS. Di akhir Maret 2015, Royal Philips menyatakan, sebanyak 80,1% saham di unit komponen LED dan pencahayaan otomotif mereka diakuisisi GO Scale, perusahaan manajer investasi yang disponsori GSR Ventures dan Oak Investment Partners. Kongsi Sunac China Holdings Ltd. dan Kaisa Group Holdings yang mencapai US$ 1,2 miliar juga batal. Sunac China diharapkan menjadi penyelamat Kaisa Group dari tumpukan utang. Tapi, setelah proses due dilligence kelar, ternyata Sunac China menemukan nilai aktiva bersih Kaisa Group pada dasarnya adalah nol.
Editor: Sanny Cicilia