China Gusar dengan Rencana Transit Presiden Taiwan di Washington



KONTAN.CO.ID - BEIJING/TAIPEI. Pada Rabu (8/3/2023), China mengatakan pihaknya sangat prihatin dan gusar dengan rencana transit Presiden Taiwan Tsai Ing-wen ke Amerika Serikat dan bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy. Beijing juga telah meminta klarifikasi dari Washington terkait hal tersebut.

Melansir Reuters, dua orang sumber membisikkan, McCarthy berencana untuk bertemu Tsai di Amerika Serikat dalam beberapa minggu mendatang. 

Sementara, Bloomberg melaporkan, McCarthy pada hari Selasa mengkonfirmasi rencana untuk bertemu Tsai di Amerika Serikat tahun ini dan menekankan hal ini tidak menghalangi kunjungan selanjutnya ke Taiwan.


Presiden Taiwan, termasuk Tsai, memiliki catatan bepergian melalui AS dalam perjalanan ke negara lain, biasanya selama satu atau dua hari, meskipun pemerintah AS umumnya menghindari pertemuan dengan pejabat senior Taiwan di Washington.

Kantor kepresidenan Taiwan, dalam pernyataan singkat menanggapi pertanyaan media tentang kunjungan Tsai ke luar negeri, mengatakan "pengaturan transit" telah dilakukan selama bertahun-tahun, meskipun tidak secara langsung menyebut Amerika Serikat.

“Saat ini, berbagai departemen sedang berkomunikasi dan mempersiapkan rencana yang relevan, dan rencana perjalanan terkait akan dijelaskan tepat waktu setelah rencana tersebut selesai,” tambahnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Baca Juga: Taiwan: Jika China Bergerak Lagi, Tugas Angkatan Bersenjata adalah Berperang

Berbicara di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan mereka sangat prihatin dengan berita itu.

"Kami telah mengajukan pernyataan serius dengan pihak AS dan meminta mereka untuk klarifikasi," tambahnya.

China dengan tegas menentang segala bentuk pertukaran resmi antara Amerika Serikat dan Taiwan.

"Tidak seorang pun boleh meremehkan tekad kuat pemerintah dan rakyat China untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial," tegasnya.

Mao menambahkan, "Ancaman nyata bagi perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan adalah kekuatan separatis kemerdekaan Taiwan." 

China telah menolak seruan untuk melakukan pembicaraan dengan Tsai sejak dia menjabat pada tahun 2016, karena meyakini bahwa dia adalah seorang separatis.

China tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya. Pemerintah Taiwan mengatakan Republik Rakyat China tidak pernah menguasai pulau itu sehingga tidak memiliki hak untuk mengklaimnya, dan hanya 23 juta penduduknya yang dapat menentukan masa depan mereka.

Baca Juga: Xi Jinping Kecam Pengendalian, Pengepungan, dan Penindasan yang Dipimpin AS ke China

Taiwan adalah sumber konstan gesekan antara Beijing dan Washington. Menteri luar negeri China mengatakan pada hari Selasa bahwa Taiwan adalah "garis merah pertama" yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan China-AS.

China menggelar latihan militer di sekitar Taiwan pada Agustus setelah kunjungan Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi.

Amerika Serikat tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan tetapi terikat oleh undang-undang untuk menyediakan pulau itu sarana untuk mempertahankan diri.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie