China ingin berantas uang kripto, harga Bitcoin, Ethereum, Shiba Inu, dll terus turun



KONTAN.CO.ID - Jakarta. Harga mata uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, Dogecoin, Shiba Inu, Binance Coin, dll kembali melemah pada perdagangan hari ini, Selasa 23 November 2021. Harga uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, Dogecoin, Shiba Inu, Binance Coin, dll semakin turun sejak pemerintah China kembali menyatakan kebijakan untuk memberangus crypto currency.

Merujuk Coinmarket.com, harga uang kripto pada kelompok 10 besar market cap mengalami penurunan pada perdagangan hari ini, Selasa 23 November 2021. Hingga pukul 08.07 WIB, harga uang kripto Bitcoin yang merupakan peringkat 1 market cap terbesar turun 2,5% dalam perdagangan 24 jam terakhir menjadi US$ 56.746,63.

Pada periode yang sama, harga uang kripto yang sempat trending, yakni Shiba Inu turun 1,34% menjadi US$ 0,00004327. Lalu harga uang kripto Dogecoin turun 1,38% menjadi US$ 0,22.


Penurunan harga uang kripto Shiba Inu dan Dogecoin yang terus berlanjut menyebabkan keduanya terlempar dari kelompok uang kripto market cap 10 besar.

Baca juga: Harga Bitcoin hari ini (22/11) masih tren melemah, apakah saatnya beli?

Di kelompok uang kripto market cap 10 besar, harga Ethereum turun 2% menjadi US$ 4.148,73. Harga uang kripto Binance Coin turun 1,83% menjadi US$ 567,14.

Lalu harga uang kripto Solana turun 3,44% menjadi US$ 218,83. Harga uang kripto Cardano turun 1,56% menjadi US$ 1,76.

Di kelompok 10 besar market cap, hanya uang kripto Tether yang naik tipis 0,02% menjadi US$ 1.

Dilansir dari Kompas.com, China semakin bertekad memberangus keberadaan uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, Dogecoin, Shiba Inu, Binance Coin, dll di negaranya. Hal ini dilakukan demi dapat mencapai misi netralitas karbon pada 2060 mendatang.

Setelah menutup tambang kripto serta melarang segala transaksi kripto pada pertengahan 2021 lalu, kini China bakal memberikan "tindakan" keras bagi pihak yang masih bandel melakukan penambangan kripto alias crypto mining untuk uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, Dogecoin, Shiba Inu, Binance Coin, dll.

Juru bicara Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) China, Meng Wei mengumumkan tindakan keras akan diberlakukan pada penambang kripto komersial maupun instusi milik negara. Meng Wei mengatakan, pemerintah bakal menaikkan harga listrik bagi setiap institusi milik negara yang ketahuan menyalahgunakan listrik bersubsidi yang diterimanya untuk penambangan kripto.

Untuk diketahui, pemerintah China menawarkan harga listrik yang lebih rendah bagi institusi milik negara, seperti sekolah, pusat komunitas, hingga lembaga kesejahteraan masyarakat. Bila intitusi itu ketahuan menggunakan benefit listrik bersubsidi untuk menambang kripto, maka akan diterapkan tindakan tegas berupa kenaikan tarif listrik.

Sayangnya, Meng Wei tidak menjelaskan tindakan tegas macam apa yang akan diberlakukan pada penambang kripto komersial yang bukan merupakan institusi milik negara. Meng Wei menegaskan bahwa China harus "secara ketat mencegah (penambangan cryptocurrency dari) bangkit dari kematian".

Dilarang demi netralitas karbon 2060

Kekhawatiran China soal keberadaan Bitcoin dkk. ini sebenarnya telah muncul sejak 2017 silam. Ketika itu, China melakukan operasi pembubaran kegiatan menukaran mata uang dan jual-beli koin virtual, karena dikategorikan sebagai "kegiatan sia-sia".

Pada 2019, China juga melarang bursa mata uang kripto dan initial coin offering. Akan tetapi warga negaranya masih belum dilarang menyimpan cryptocurrency. Alhasil, saat itu China masih menjadi pusat penambangan cryptocurrency global. China disebut menyumbang lebih dari 75 persen penambangan Bitcoin di seluruh dunia, menurut penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Nature Communications pada bulan April 2021.

Seiring dengan berjalannya waktu, China semakin resah dengan keberadaan cryptocurrency dan memutuskan mengambil tindakan tegas yang semakin masif pada industri ini mulai Mei 2021 lalu.

Salah satu faktor penyebab tindakan tegas dari China itu ialah karena misi nol karbon di Negeri Tirai Bambu. Presiden China, Xi Jinping sendiri telah menargetkan mencapai puncak emisi karbon dioksida pada 2030, dan mencapai netralitas karbon pada 2060.

Penambangan mata uang kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dkk dianggap dapat menjadi batu ganjalan besar untuk mencapai misi tersebut. Sebab, dalam proses penambangan, dibutuhkan rangkaian hardware berupa komputer bertenaga besar dan sumber daya listrik yang tak sedikit pula. Sumber daya yang dibutuhkan dan emisi karbon yang dihasilkan dari penambangan satu keping Bitcoin.

Menurut laporan Bitcoin Energy Consumption Index yang dirilis Digiconomist, proses penambangan satu keping Bitcoin saat ini memakan daya 1.820 kilo Watt per jam (kWh). Angka tersebut diperkirakan setara dengan rata-rata pemakaian listrik rumah tangga di Amerika Serikat (AS) selama 62 hari atau sekitar 2 bulan.

Karena itulah, penambangan Bitcoin telah dituduh menyebabkan peningkatan emisi karbon di China. Dalam jurnal ilmiah Nature Communications yang dipublikasi oleh salah satu akademisi China, disebutkan bahwa Bitcoin dapat menghasilkan 130 juta metrik ton emisi karbon dioksida pada tahun 2024, bila tak ada intervensi kebijakan dari pemerintah.

Perkiraan emisi karbon hasil dari kegiatan penambangan Bitcoin tersebut melebihi total emisi tahunan Venezuela. Melihat konsumsi listrik dan emisi karbon yang ditimbulkan, Meng Wei menyebut penambangan kripto sebagai aktivitas yang sangat berbahaya, serta menjadi ancaman besar bagi Negeri Tirai Bambu untuk mengurangi emisi karbon.

Meng Wei mengatakan, karena itulah China harus "secara ketat mencegah (penambangan cryptocurrency dari) bangkit dari kematian", sebagaimana dihimpun KompasTekno dari CNN.

Selain karena soal lingkungan, China juga tampaknya menganggap cryptocurrency sebagai ancaman di bidang keuangan. Karena sifatnya yang terdesentralisasi (tidak diatur bank), mata uang kripto dinilai dapat digunakan warga China untuk menghindari kontrol nasional yang ketat atas modal.

Menurut salah satu ahli strategi Bank Mizuho, tindakan tegas China pada industri cryptocurrency juga diambil untuk melindungi suplai uang dari bank sentral. Regulator disebut "ingin mengamankan suplai uang selalu dari bank sentral, bukan dari cryptocurrency ”, kata Ken Cheung, Kepala Ahli Strategi Foreign Exchange (FX) Asia di Mizuho Bank.

Itulah perkembangan harga uang kripto terbaru seperti Bitcoin, Ethereum, Dogecoin, Shiba Inu dll yang kini dalam tren turun.

Selanjutnya: 2 Mata uang kripto ini diramal bakal lebih bersinar dari Shiba Inu tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto