KONTAN.CO.ID - BEIJING. Para diplomat dan analis Barat meragukan peran China dalam mewujudkan perdamaian Rusia dan Ukraina. Sebaliknya, Barat menuding upaya China menampilkan dirinya sebagai pembawa damai di Ukraina lebih untuk memoles citranya daripada perubahan sikap. Hal itu didasarkan pada semakin dalamnya relasi Rusia dan Tiongkok akhir-akhir ini. Setahun setelah Rusia menginvasi Ukraina, China yang merupakan mitra tanpa batas Rusia justru menawarkan diri untuk menengahi perdamaian. Menteri Luar Negeri Italia mengatakan bahwa China akan mengeluarkan "kertas posisi" di Ukraina dan Presiden Xi Jinping diperkirakan akan memberikan "pidato perdamaian" minggu ini.
Tetapi para analis mengatakan penegasan China tentang hubungannya yang "kokoh" dengan Rusia dan dukungan garis Rusia dalam perang merusak postur netralitasnya, seperti halnya pernyataan AS bahwa China sedang mempertimbangkan untuk menyediakan senjata ke Rusia, yang dibantah oleh China.
Baca Juga: China Berharap Rusia dan Ukraina Segera Melakukan Gencatan Senjata Tawaran perdamaian Beijing menunjukkan upaya untuk memperbaiki hubungan dengan beberapa negara Barat, khususnya di Eropa, daripada perubahan kebijakan besar, kata para diplomat Eropa. Upaya China ini juga diniliai sebagai upaya Xi untuk membangun narasi di China bahwa dirinya sebagai pencari solusi masalah global. “Saat ini upaya perdamaian China akan tetap pada tingkat retoris,” kata Li Mingjiang, profesor hubungan internasional di Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam Singapura. "Sulit membayangkan China mengambil tindakan nyata untuk menengahi antara Rusia dan Ukraina dalam waktu dekat. Ini adalah perubahan postur kecil China, bukan penyesuaian kebijakan substantif tentang perang," katanya. Yang pasti, setiap langkah serius China untuk menyelesaikan perang darat paling berdarah di Eropa sejak Perang Dunia Kedua akan disambut secara luas, tetapi banyak diplomat dan pengamat China mengatakan bahwa ketika dorongan datang, China akan tetap berpegang pada Rusia. Skeptisisme itu diperkuat janji diplomat top China Wang Yi pada hari Rabu di Moskow bahwa China ingin memperdalam hubungan, dan pengumuman Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Xi akan segera mengunjungi Moskow.
Baca Juga: China Melampaui AS dalam Produksi Kapal Perang, Amerika Ketar-ketir Sejak perang dimulai berminggu-minggu setelah Beijing dan Moskow mengumumkan kemitraan "tanpa batas", Xi telah berbicara secara teratur dengan Putin tetapi tidak sekali pun dengan timpalannya dari Ukraina, Volodymyr Zelenskiy. Pada tahun 2022, impor komoditas Rusia oleh China melonjak sementara perdagangan dengan Ukraina melemah. Namun, China tidak mungkin memberikan bantuan militer kepada Rusia dalam waktu dekat, setidaknya tidak secara terbuka, kata para ahli dan diplomat. "Jika dukungan militer Barat ke Ukraina meningkatkan kemungkinan kekalahan Rusia, maka masyarakat internasional harus mengharapkan upaya yang lebih kuat dari China untuk mencegah hasil itu," kata Tong Zhao, pakar nuklir yang berbasis di AS di Carnegie Endowment for International Peace. “Perhitungan China dipengaruhi oleh upaya Amerika untuk menarik garis merah yang lebih cerah untuk China,” kata Zhao, mengacu pada peringatan AS tentang senjata. "Beijing berusaha mencapai keseimbangan antara menstabilkan hubungannya dengan Washington dan mencegah kekalahan Moskow."
Editor: Noverius Laoli