China Janji Bakal Ambil Tindakan Balasan ke AS, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pada Minggu (25/8/2024), Kementerian Perdagangan China mengatakan mereka sangat menentang keputusan AS untuk menambahkan beberapa entitas China ke daftar kontrol ekspornya atas masalah yang terkait dengan Rusia.

Melansir Reuters, Amerika Serikat pada hari Jumat menambahkan 105 perusahaan Rusia dan China ke daftar pembatasan perdagangan atas dugaan dukungan mereka terhadap militer Rusia.

Perusahaan-perusahaan tersebut terdiri atas 42 perusahaan China, 63 perusahaan Rusia, dan 18 perusahaan dari negara lain. 


Mereka menjadi sasaran karena berbagai alasan, mulai dari mengirim barang elektronik AS ke pihak-pihak yang terkait dengan militer Rusia, hingga memproduksi ribuan pesawat nirawak Shahed-136 untuk digunakan Rusia dalam invasinya ke Ukraina.

Pemasok AS harus mendapatkan lisensi yang sulit diperoleh untuk mengirim ke perusahaan-perusahaan yang ada di "daftar entitas" yang dirilis AS.

Mengutip AP, kementerian tersebut mengatakan tindakan AS tersebut merupakan "sanksi sepihak yang umum," dengan mengatakan bahwa sanksi tersebut akan mengganggu tatanan dan aturan perdagangan global, serta memengaruhi stabilitas rantai pasokan dan industri global.

Baca Juga: AS Jatuhkan Sanksi ke 400 Entitas yang Membantu Perang Rusia, Ada Perusahaan China

"China mendesak AS untuk segera menghentikan praktik yang salah dan akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk secara tegas melindungi hak dan kepentingan yang sah dari perusahaan-perusahaan China," katanya.

Tindakan AS tersebut merupakan yang terbaru dari serangkaian ribuan sanksi AS yang telah dijatuhkan pada perusahaan-perusahaan Rusia dan pemasok mereka di negara-negara lain sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022. 

Efektivitas sanksi tersebut telah dipertanyakan, terutama karena Rusia terus mendukung ekonominya dengan menjual minyak dan gas di pasar internasional.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, beberapa perusahaan yang berbasis di China memasok peralatan dan komponen mesin ke perusahaan-perusahaan Rusia.

China telah mencoba memposisikan dirinya sebagai pihak yang netral dalam konflik Ukraina, tetapi China dan Rusia memiliki permusuhan yang tinggi terhadap Barat.

Baca Juga: Ini Alasan Malaysia dan Thailand Mau Bergabung dengan BRICS

Setelah negara-negara Barat memberlakukan sanksi berat terhadap minyak Rusia sebagai tanggapan atas pengiriman pasukan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, China meningkatkan pembelian minyak Rusia secara besar-besaran, sehingga meningkatkan pengaruhnya di Rusia. 

Presiden Rusia Vladimir Putin juga menggarisbawahi pentingnya posisi China dengan bertemu Presiden Xi Jinping di Beijing segera setelah dilantik untuk masa jabatan kelima di Kremlin.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie