China kontraksi, harga tembaga terkoreksi



JAKARTA. Harga tembaga kembali melemah. Koreksi dollar Amerika Serikat (AS) tak mampu menopang kenaikan harga tembaga karena permintaan komoditas metal ini masih lemah.

Data Bloomberg pada Rabu (6/5) pukul 13.06 waktu Hongkong menunjukkan, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,9% menjadi US$ 6.425 per metrik ton, dibandingkan hari sebelumnya. Namun sepekan terakhir harga tembaga sudah tumbuh 4,55%.

Ibrahim, analis dan Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan, permintaan tembaga secara global tengah melemah. Hal itu tercermin dari perlambatan ekonomi Tiongkok. Data indeks manufaktur China versi HSBC (HSBC final manufacturing PMI) bulan April di angka 48,9 atau meleset dari prediksi yaitu 49,4 dan turun dibandingkan bulan sebelumnya yang 49,2.


Untungnya, nilai tukar dollar AS tengah terpuruk. Indeks dollar AS kemarin di level 94.856 turun 0,23% dalam sehari. "Dollar terpuruk karena data-data ekonomi AS kuartal I yang buruk, “ kata Ibrahim. Namun, pelemahan indeks dollar tidak serta merta mengerek harga tembaga, karena pasar dihantui pelemahan permintaan.

Dalam jangka pendek, harga tembaga masih akan turun. Data pertambahan tenaga kerja di luar sektor pertanian AS versi ADP per April 2015 diprediksi sebesar 192.000 orang atau lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya 189.000 orang. Ini dapat memberi tambahan tenaga bagi dollar AS dan menggerus harga komoditas.

Secara teknikal, Ibrahim memaparkan, moving average dan bollinger band berada 20% di atas bollinger bawah. Relative strength index (RSI) dan moving average convergence divergence (MACD) masih wait and see. Sementara stochastic negatif 60%. Ibrahim memprediksi, harga tembaga Kamis (7/5) di US$ 6.320 hingga US$ 6.450 per metrik ton. Selama sepekan harga di US$ 6.200 sampai US$ 6.460 per metrik ton. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa