KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral China menyiapkan paket stimulus moneter dan dukungan bagi pasar properti untuk mendukung langkah pemerintah mencapai pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Kucuran stimulus ekonomi di Negeri Tirai Bambu itu berpotensi turut menggerakkan pasar komoditas dunia. Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyoroti China yang memiliki posisi strategis sebagai konsumen utama bagi banyak bahan mentah atau komoditas dunia. Dus, stimulus ekonomi bisa menjadi katalis positif secara langsung maupun tidak langsung bagi emiten yang bergerak di bisnis batubara, minyak dan gas (migas), serta tambang mineral. "Jika stimulus diimplementasikan, efeknya mungkin mulai terasa dalam beberapa minggu hingga bulan ke depan. Tergantung pada implementasi kebijakan tersebut dan dinamika pasar," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Rabu (25/9).
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Amman Mineral Internasional (AMMN) Usai Smelter Diresmikan Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengamati peningkatan aktivitas ekonomi dan industri di China akan ikut memberikan dampak terhadap perdagangan Indonesia. "Aktivitas perindustrian yang mendorong
recovery ekonomi China juga akan berdampak positif untuk Indonesia," ungkap Audi. Peningkatan aktivitas tersebut akan mengerek konsumsi komoditas, sehingga bisa menjadi sentimen positif bagi sektor energi dan barang baku seperti tambang mineral-logam. Audi melihat respons pelaku pasar masih belum terimplementasi langsung. Meski begitu, untuk harga komoditas seperti batubara tampak cenderung
priced in, dengan posisi harga yang bertahan di sekitar US$ level US$ 140 per ton. "Selain itu juga ada kenaikan beberapa komoditas tambang mineral dan logam seperti dari tembaga," imbuh Audi. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan menambahkan, emiten yang potensial menerima manfaat dari prospek stimulus ekonomi China adalah yang bergerak di bisnis batubara, nikel dan tembaga.
Baca Juga: Rupiah Melemah di Kisaran Rp 15.200, Intip Prediksi Hari Ini (24/9) "Harap dicatat, prospek ini sebagian besar didorong oleh sentimen. Masih ada ekspektasi yang lebih luas China akan membutuhkan stimulus lebih besar untuk mendukung ekonominya secara efektif," terang Rizkia. Sementara itu, Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni memprediksi investor sudah mulai memfaktorkan kebijakan stimulus ekonomi China, meskipun belum sepenuhnya. "Jadi masih ada
upside bagi emiten berbasis komoditas walaupun terbatas," imbuh Agung. Dus, pelaku pasar bisa menerapkan strategi jangka pendek. Agung menjagokan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO), PT Vale Indonesia Tbk (
INCO), PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC).
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten yang Jaring Sumber Pendapatan Baru Rizkia melirik saham MDKA, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG), PT Harum Energy Tbk (
HRUM) dan PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM). Sementara Hendra menyematkan rekomendasi buy HRUM, MEDC dan PT Indika Energy Tbk (
INDY) dengan target harga masing-masing di Rp 1.580, Rp 1.495 dan Rp 1.850 per saham. Sedangkan Audi menyarankan
buy on break saham MDKA di area Rp 2.460 dengan
support di Rp 2.360 dan
resistance Rp 2.680. Kemudian
trading buy untuk saham MEDC (
support Rp 1.280 dan
resistance Rp 1.410) serta PT Essa Industries Indonesia Tbk (
ESSA) dengan
support di Rp 825 dan
resistance pada Rp 930 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli