China Longgarkan Lockdown, Mayoritas Bursa Asia Menguat Kamis (1/12)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia mayoritas ditutup naik pada Kamis (1/12). Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, penguatan ini terjadi setelah China tampak memperlonggar sikapnya terhadap pandemi Covid-19

Wakil Perdana Menteri China, Sun Chunlan mengatakan, upaya China dalam memerangi virus Covid-19 sedang memasuki fase baru, dengan varian Omicron mulai melemah dan semakin banyak rakyat China yang melakukan vaksinasi. China juga memberi indikasi sejumlah pasien Covid-19 dapat melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing.

Ekspektasi semakin kuat bahwa China, sambil berusaha membatasi penyebaran virus Covid-19, dapat mempertimbangkan pembukaan kembali (reopening) ekonominya di tahun depan, setelah mencapai tingkat vaksinasi yang lebih tinggi di antara populasi berusia lanjut.


Baca Juga: IHSG Melemah 0,85% Kamis (1/12), GOTO, BBCA, TLKM Paling Banyak Net Sell Asing

Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve Jerome Powell memberi sinyal perlambatan pada laju kenaikan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR). Powell memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan FFR sebesar 50 basis points (bps) bulan ini setelah menaikkan suku bunga FFR sebesar 75 bps sebanyak empat kali beruntun.

Pasar derivatif sekarang memberi indikasi puncak kenaikan FFR akan berada di bawah 5% di bulan Mei 2023. Sebelumnya, pasar derivatif mengantisipasi puncak FFR di atas 5% yang akan terjadi di bulan Juni 2023.

Dari sisi makroekonomi, investor mencerna data Caixin Manufacturing PMI China yang keluar di level 49,4 untuk bulan November, lebih tinggi dari ekspektasi 48,8. Angka ini menandakan kontraksi selama empat bulan beruntun.

Baca Juga: Jelang Akhir Pekan, IHSG Berpotensi Lanjut Melemah

Dari dalam negeri, laju inflasi umum Indonesia melambat ke tingkat terendah dalam 3 bulan, 5,42% year-on-year (YoY) di bulan November dari 5,71% YoY di bulan Oktober. Angka ini lebih baik dari konsensus pasar yang sebesar 5,5%. Angka inflasi bulan November ini juga masih bertahan di atas kisaran target inflasi Bank Indonesia,  yakni 2%-4%, selama enam bulan beruntun. Sementara itu, inflasi inti (Core CPI) naik 3.30% YoY, turun tipis dari 3.31% YoY di bulan Oktober.

Data S&P Global Manufacturing PMI Indonesia turun ke level 50,3 di bulan November dari level 51,8 di bulan Oktober. Ini menandakan ekspansi di sektor Manufaktur selama 15 bulan beruntun meskipun dengan laju yang paling lambat sejak bulan Juni 2022 di tengah kekhawatiran mengenai suramnya prospek ekonomi global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati