China makin tegas di Laut China Selatan, Filipina dan AS bahas perjanjian pasukan



KONTAN.CO.ID - MANILA. Filipina dan Amerika Serikat akan bertemu bulan ini untuk menyelesaikan perbedaan atas Perjanjian Pasukan Kunjungan (VFA), di tengah kekhawatiran baru di Laut China Selatan atas agenda maritim China yang tegas.

Filipina pada November tahun lalu menangguhkan keputusannya menghentikan VFA yang telah berlangsung selama dua dekade untuk kedua kalinya, agar bisa bekerjasama dengan AS dalam pakta pertahanan bersama jangka panjang.

"Penangguhan itu agar kami terus bekerja, dan saya mempersempit masalah dan segera kami akan bertemu, menyelesaikan perbedaan apa pun yang kami miliki," kata Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin kepada ANC, Senin (8/2), seperti dikutip Reuters.


Dia menambahkan, pertemuan kemungkinan besar berlangsung di minggu terakhir Februari. Tapi, ia menolak untuk memerinci persyaratan kesepakatan potensial dengan AS.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte memberi tahu AS pada Februari tahun lalu bahwa dia membatalkan kesepakatan. Ia  memperpanjang proses penghentian VFA pada November 2020.

Baca Juga: Dekati Paracel di Laut China Selatan, militer China beri peringatan kapal perang AS

VFA memberikan kerangka hukum bagu pasukan AS bisa beroperasi secara bergilir di Filipina. Para ahli mengatakan, tanpa itu, perjanjian pertahanan bilateral yang lain, termasuk Perjanjian Pertahanan Bersama (MDT), tidak dapat terlaksana.

Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menekankan pentingnya MDT dan penerapannya yang jelas jika Filipina mendapat serangan di Laut China Selatan.

Komentar Blinken muncul saat Manila telah mengajukan protes diplomatik atas pengesahan Undang-Undang China yang mengizinkan penjaga pantainya untuk menembaki kapal asing, menggambarkannya sebagai "ancaman perang".

China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, yang merupakan jalur perdagangan utama. Filipina, Brunei, Vietnam, Malaysia, dan Taiwan memiliki klaim yang tumpang tindih.

Locsin menyatakan, dia akan terus mendesak agar kode etik di Laut China Selatan "tidak akan pernah mengecualikan" Amerika Serikat untuk memastikan keseimbangan kekuatan antara Washington dan Beijing di kawasan itu.

Selanjutnya: Laut China Selatan panas lagi, kapal perang AS dekati kepulauan yang diklaim China

Editor: S.S. Kurniawan