KONTAN.CO.ID - BEIJING. China memangkas target pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 6% dari sebelumnya 6,5%. Angka pertumbuhan ini pun berada di bawah level tahun lalu 6,6%. Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan, pemerintah akan memangkas pajak dan biaya, meningkatkan investasi infrastruktur, dan menambah kredit ke usaha kecil. Ini adalah upaya China memperbaiki kondisi ekonomi setelah tahun lalu mencatat pertumbuhan ekonomi di level terendah sejak 1990. Perang dagang dengan Amerika Serikat (AS), serta permintaan domestik yang menurun jadi alasan China menggunting target tahun ini. Tiongkok akan menggunting pajak dan biaya-biaya bagi korporasi hingga senilai hampir 2 triliun yuan atau US$ 298,31 miliar atau setara Rp 4.219 triliun. Tahun lalu, total nilai pemangkasan pajak dan biaya di China mencapai 1,3 triliun.
Negara dengan jumlah penduduk terbanyak dunia ini juga akan memangkas pajak pertambahan nilai (PPN) untuk menopang sektor manufaktur, transportasi dan konstruksi. PPN sektor manufaktur akan diturunkan dari 16% menjadi 13%. Sedangkan PPN untuk sektor transportasi dan konstruksi turun dari 10% menjadi 9%. Pemerintah China akan mengurangi biaya jaminan sosial yang dibayarkan korporasi menjadi 16%. Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, China pun akan mengamati tingkat pengangguran karena kekhawatiran bahwa korporasi akan terpaksa memangkas jumlah pekerja. Pengawasan ini terutama untuk perusahaan-perusahaan ekspor yang sangat tergantung pada pasar AS. Untuk menyokong pasar tenaga kerja, pemerintah pun berniat menciptakan lebih dari 11 juta lapangan kerja dan menjaga tingkat pengangguran urban di level 4,5%. China tahun ini pun mengerek kuota penerbitan obligasi khusus bagi pemerintah lokal menjadi 2,15 triliun yuan, naik dari 1,35 triliun yuan pada tahun lalu. Mayoritas dana penerbitan ini akan diperuntukkan bagi investasi infrastruktur.