KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China resmi melarang ekspor mineral penting seperti gallium, germanium, dan antimon ke Amerika Serikat (AS). Langkah ini diumumkan Selasa (3/12), sehari setelah Washington memperketat pembatasan pada sektor chip China. Kementerian Perdagangan China dalam pengumumannya menyebut bahwa kebijakan ini diambil atas dasar kepentingan keamanan nasional.
Baca Juga: Ini Dampak dari Tindakan Keras Terbaru AS Terhadap Chip China Selain itu, aturan ini memperketat pengawasan terhadap penggunaan grafit yang diekspor ke AS. "Pada prinsipnya, ekspor gallium, germanium, antimon, dan material superkeras ke AS tidak diperbolehkan," demikian pernyataan Kementerian Perdagangan China. Pembatasan ini memperkuat larangan yang telah diberlakukan tahun lalu, namun kali ini secara spesifik menargetkan pasar AS. Langkah ini semakin memperburuk ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia. Pentingnya Gallium, Germanium, dan Antimon Mineral seperti gallium dan germanium memiliki peran vital dalam pembuatan semikonduktor, teknologi inframerah, kabel serat optik, dan sel surya. Sementara itu, antimon digunakan dalam amunisi, misil inframerah, senjata nuklir, kacamata penglihatan malam, baterai, dan peralatan fotovoltaik.
Baca Juga: Lagi-Lagi AS Memperluas Larangan Ekspor Chip, Terasa Pedih bagi Industri di China Data menunjukkan bahwa China menguasai 98,8% produksi gallium global dan 59,2% output germanium olahan pada tahun ini. Sedangkan untuk antimon, China menyumbang 48% dari total produksi dunia tahun lalu. Akibat pembatasan ini, harga antimon trioksida di Rotterdam melonjak 228% sepanjang tahun hingga akhir November, mencapai $39.000 per ton. Langkah China ini merupakan tanggapan atas kebijakan terbaru Washington yang kembali memperketat ekspor ke 140 perusahaan China, termasuk produsen peralatan chip Naura Technology Group. Kebijakan ini menjadi bagian dari upaya AS untuk membatasi akses Tiongkok terhadap teknologi canggih, khususnya di sektor semikonduktor. Ketua Asosiasi Pertambangan Global China Peter Arkell menyebut langkah ini sebagai eskalasi serius dalam perang dagang. "Perang dagang ini tidak akan menghasilkan pemenang," katanya.
Baca Juga: Heboh Tarif Donald Trump, Apa Itu Tarif dan Bagaimana Cara Kerjanya? Selain kebijakan pembatasan ekspor, sejumlah kelompok industri di China pada hari yang sama mendorong anggotanya untuk menggunakan semikonduktor buatan lokal. Mereka menilai chip asal AS tidak lagi aman dan dapat diandalkan.
Ketegangan perdagangan antara AS dan China diperkirakan akan terus berlanjut, terutama dengan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih. Kampanye Trump sebelumnya berjanji akan mengenakan tarif 10% hingga 60% pada barang-barang impor dari China.
Editor: Yudho Winarto