China Mengaku Terganggu dengan Upaya Penguatan Militer Jepang



KONTAN.CO.ID - TOKYO. China dan Jepang pada hari Rabu (21/2) memulai dialog keamanan pertama mereka dalam empat tahun di Tokyo. Pada kesempatan itu, dua negara saling menyampaikan keluhan terkait urusan pertahanan dan keamanan, termasuk China yang merasa terganggu dengan upaya penguatan militer Jepang.

Mengutip Kyodo, Jepang diwakili oleh Deputi Senior Menteri Luar Negeri Shigeo Yamada dan Wakil Direktur Jenderal Biro Kebijakan Pertahanan Kementerian Pertahanan Atsushi Ando.

Sementara China diwakiliki oleh Wakil Menteri Luar Negeri Sun Weidong dan Wakil Direktur Kantor Kerja Sama Militer Internasional Komisi Militer Pusat Sun Weidong.


Di awal dialog, Weidong secara terbuka menyampaikan kekhawatirannya atas upaya Jepang untuk memperkuat kemampuan militernya. Rencana tersebut tertuang dalam dokumen kebijakan pertahanan dan keamanan baru di bawah Perdana Menteri Fumio Kishida.

Baca Juga: China Kecam Negara-negara yang Membuat Perang di Ukraina Terus Berkobar

"Sejujurnya, kami memiliki kekhawatiran atas rilis dokumen pertahanan dan keamanan Jepang yang baru," kata Weidong, seperti dikutip Reuters.

Bulan Desember lalu, Kishida menegaskan akan melakukan reformasi pertahanan dan keamanan, termasuk menghidupkan kembali kemampuan serangan balik. Kishida juga berencana menggandakan anggaran pertahanannya dalam lima tahun menjadi 43 triliun yen atau sekitar Rp 4.964 triliun.

Dalam pidatonya di hadapan parlemen akhir bulan lalu, Kishida berjanji untuk mendorong pembangunan militer di bawah strategi keamanan yang baru dan berlaku selama lima tahun ke depan.

"Strategi keamanan baru Jepang didasarkan pada simulasi realistis, kita menghadapi lingkungan keamanan yang paling parah dan kompleks sejak akhir Perang Dunia II dan pertanyaan apakah kita dapat melindungi nyawa orang dalam keadaan darurat," kata Kishida seperti dikutip AP News.

Kishida menjelaskan bahwa kebijakan barunya ini memang berubah sangat drastis dari kebijakan keamanan sebelumnya, namun ia meyakinkan kebijakan ini masih dalam batasan konstitusi pasifis dan hukum internasional Jepang.

Baca Juga: PM Jepang: Situasi Keamanan Terparah Sejak Perang Dunia II, Militer Harus Diperkuat

Jepang Singgung Kehadiran Balon Mata-Mata China

Tidak hanya China yang mengeluh, Jepang juga menyampaikan keluhannya terkait kehadiran sejumlah benda terbang misterius yang diduga berasal dari China.

Pekan lalu, Jepang mengatakan setidaknya ada tiga benda terbang tak dikenal yang terlihat di wilayah mereka dari 2019 hingga 2021. Benda itu diduga merupakan balon tak berawak China yang digunakan untuk keperluan mata-mata.

Otoritas pertahanan Jepang akhirnya memutuskan untuk melonggarkan persyaratan bagi Pasukan Bela Diri untuk bisa menggunakan senjata setiap kali ada benda asing yang masuk ke wilayah mereka.

China tentu menyangkal tuduhan tersebut dan menyebut Jepang hanya mengarang cerita untuk mencoreng nama baik karena tidak menunjukkan  bukti yang jelas. 

China meminta Jepang untuk berhenti mengikuti jejak AS dalam menggaungkan isu adanya potensi ancaman keamanan dari China.