JAKARTA. Harga batubara bergerak stagnan di tengah sepinya permintaan. Meski begitu, prospek harga komoditas ini masih positif, terutama menjelang kenaikan permintaan pada musim panas dan musim dingin. Senin (1/5) lalu, harga batubara kontrak pengiriman Juli 2017 di ICE Futures Exchange stagnan di level US$ 78,5 per ton. Sepekan terakhir, harganya cuma terkerek 0,83%. Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menjelaskan, rencana China memberlakukan kembali kebijakan pembatasan produksi membuat harga batubara berpotensi naik. Apalagi permintaan batubara jelang musim panas dan musim dingin diprediksi bakal naik.
Asal tahu saja, China mulai meningkatkan permintaan batubara untuk kebutuhan musim dingin di akhir tahun nanti. Hal ini dilakukan untuk menghindari kecemasan minimnya pasokan, sebagaimana yang terjadi saat musim dingin tahun lalu. Penimbunan batubara bakal dilakukan hingga kuartal tiga nanti. Menurut kalkulasi pemerintah China, permintaan batubara pada kuartal tiga merupakan yang tertinggi kedua setelah musim dingin. Perusahaan pembangkit listrik di negeri tirai bambu tersebut sudah mulai melakukan pembelian lebih dari 40 juta ton batubara hingga akhir bulan Juni. Ini dilakukan untuk menyediakan cadangan selama kuartal tiga. Angka tersebut setara dengan 14% dari total output batubara per kuartal di China, atau jumlah output selama 15 hari. "Jika seperti ini, maka pasar akan mulai mengantisipasi. Jadi, harga saat musim dingin nanti akan sulit naik," ujar Wahyu, kemarin. Terkerek harga minyak Direktur Utama Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, harga minyak yang mulai menanjak turut mengangkat harga batubara dalam jangka pendek. Di sisi lain, cuaca ekstrem hingga menyebabkan banjir telah membuat beberapa produsen batubara di dalam negeri menghentikan penambangan sementara. Hal ini berdampak pada turunnya output batubara Indonesia.
Penurunan indeks manufaktur Caixin periode April ke level 50,3 dari level 51,2 bulan sebelumnya juga menambah tekanan pada harga batubara. "Tapi pemerintah China masih konsisten mengurangi produksi batubara dalam negeri. Ini akan terus menjaga prospek harga," tutur Ibrahim. Dari sisi teknikal, Ibrahim melihat
bollinger band dan MA 20 di atas
bollinger bawah, menunjukkan indikasi harga batubara dalam tekanan. Tapi
stochastic dan MACD 70% positif, membuka peluang menguat. Sementara indikator RSI cenderung
wait and see. Hari ini (3/5), Ibrahim memprediksi harga batubara akan menguat terbatas dan bergerak pada kisaran US$ 77,9-US$ 78,9 per ton. Sedangkan Wahyu menghitung, harga batubara dalam sepekan ke depan akan bergerak di rentang US$ 76-US$ 81 per ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia