China pada e-commerce: Bermain cantiklah!



BEIJING. Perang e-commerce di China kian memanas menjelang Single's Day, pesta belanja online China yang digelar setiap 11 November. Sampai-sampai, pemerintah menegor para pemain e-commerce untuk bersaing dengan sehat. 

Hari ini, Jumat (6/11), Zhang Mao, Kepala State Asministration of Industry and Commerce mengatakan, setiap platform e-commerce harus berkompetisi dengan adil dan sopan. 

Dilarang melakukan taktik pemasaran yang berbahaya atau melarang rival menjalankan bisnisnya. "Bermain cantiklah," kata Zhang Mao, dikutip media lokal Xinhua


Tegoran ini meluncur setelah Alibaba yang memiliki platform belanja online Tmall dan Taobao, bertengkar depan publik dengan rival terdekatnya JD.com. 

Pertengkaran ini dimulai Rabu lalu ketika JD.com menuduh Alibaba bersikap anti persaingan. JD meminta badan pengawas industri dan perdagangan untuk menyelidiki apakah Alibaba mendesak vendor untuk memilih satu platform saja untuk Singles' Day. 

Tmall dan JD.com dikenal sebagai pemain terbesar platform belanja online B2C. 

Alibaba pun merespon. "JD panik karena mereka sudah pasti kalah. Merekaa jelas tidak bisa menyamai pelanggan, pengalaman merchant maupun skala logistik kami," kata Jim Wilkonson, Senior Vice President of International Corporate Affairs di Alibaba Group pada CNBC

Di Weibo, media sosial sejenis Twitter di China, respon Alibaba lebih nyinyir, "Situasi hari ini, ayam melaporkan bebek, menuduh bebek memonopoli danau." 

Makin panas, JD.com hari ini mengajukan gugatan ke Pengadilan Beijing Haidian melawan Tmall. JD .com menuduh Tmall melakukan persaingan tidak sehat. 

Nilai yang dipertaruhkan dalam Single's Day memang tidak kecil. Tahun lalu, dalam sehari itu, transaksi belanja online bisa mencapai US$ 9,3 miliar, empat kali lebih besar ketimbang transaksi belanja Black Friday di AS setiap November.

Transaksi yang makin tinggi ini juga diikuti kenaikan keluhan pelanggan. Senin lalu, Xinhua mengutip, keluhan pelanggan dari belanja online naik 357% menjadi 77.800 pada akhir tahun lalu.  

Editor: Sanny Cicilia