KONTAN.CO.ID - BEIJING. China mengambil kebijakan untuk memangkas suku bunga acuan pada Selasa (20/6). Kebijakan tersebut diputuskan oleh bank sentral China atau People's Bank of China (PBOC) dengan menurunkan suku bunga untuk kredit perumahan sebesar 10 basis poin untuk masing-masing tenor pinjaman rumah jangka waktu satu tahun menjadi 3,55%, dan lima tahun menjadi 4,20%. Pemangkasan ini meleset dari perkiraan para pengamat yang sebesar 15 basis poin untuk suku bunga kredit jangka waktu lima tahun. Mereka menilai penurunan tersebut terlalu sedikit dan perlu ditambah. "Masih ada kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut dan pemangkasan rasio cadangan wajib di sisa tahun ini," kata Bruce Pang, kepala Ekonomi dan Penelitian Jones Lang LaSalle dikutip dari
Reuters. Baca Juga: Dorong Permintaan Kredit yang Melambat, China Turunkan Tingkat Bunga Pinjaman Sementara itu Analis Riset Global BofA menyampaikan pemerintah China akan lebih banyak mengambil kebijakan untuk mendukung peningkatan perputaran ekonomi di masyarakat, terutama permintaan KPR yang nyungsep. Salah satu kebijakan yang dapat diambil pemerintah dan tidak terbatas pada pemotongan kumulatif 25 basis poin pada suku bunga acuan pada akhir tahun ini. Pemangkasan ini merupakan yang pertama dalam 10 bulan terakhir, tujuannya adalah untuk melakukan upaya menopang pemulihan ekonomi yang melambat. Meski demikian para pengamat memandang pemangkasan suku bunga kredit ini tidak berpengaruh banyak untuk mendorong permintaan properti. "Pemangkasan ini akan menurunkan biaya kredit baru serta pembayaran bungan kredit yang sudah ada," kata Pritchard Kepala Ekonomi di Capital Economics sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (20/6). Di sisi lain pemangkasan suku bunga kredit tersebut justru menurunkan minat investor terhadap saham-saham emiten properti. Seperti yang terjadi pada Hang Seng Mainland Properties Indez (HSMPI) yang turun 3,61% melebihi penurunan pada indeks acuan Hang Seng Index. Begitu juga dengan mata uang China yang melemah sebanyak 0,25% disusul oleh pasar saham Asia yang juga merosot. PBOC mengambil kebijakan untuk menurunkan suku bunga jangka pendek dan menengah minggu lalu. Pengamat menilai penurunan kedua suku bunga dengan besaran yang sama menunjukkan China ingin berhati hati dalam membuat kebijakan. "Para pembuat kebijakan ingin menghindari mengirimkan sinyal yang terlalu optimis mengenai pasar properti dengan prinsip perumahan adalah untuk tempat tinggal, bukan spekulasi," kata Bruce Pang. Para pengamat memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi China tahun ini hanya akan melambat menjadi 5,7% dari 6,3% sebelumnya. Pada beberapa bank investasi global juga turut memangkas proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China tahun ini. China diketahui terakhir kali memangkas suku bunga kredit KPR untuk pinjaman baru dan suku bunga kredit KPR untuk pinjaman yang berjalan pada Agustus 2022 untuk mendorong perekonomiannya.
Baca Juga: Bursa Saham Asia Jatuh karena Penurunan Suku Bunga Moderat China Citigroup Inc. bersama dengan bank-bank lainnya mengaku telah menurunkan proyeksi mereka untuk pertumbuhan ekonomi RRT tahun ini. Para ekonom Citi sekarang memperkirakan produk domestik bruto (PDB) akan tumbuh 5,5% pada 2023, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 6,1%. Mereka mengutip lemahnya kepercayaan diri di kalangan rumah tangga, perusahaan, dan investor yang mengancam akan semakin membebani pemulihan ekonomi yang melambat. Frances Cheung, seorang ahli strategi suku bunga di Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura, mengatakan tingkat suku bunga dalam perekonomian bukanlah rintangan utama bagi permintaan pinjaman, dan pasar mengharapkan dukungan fiskal. Frances menilai ini merupakan sebuah paket stimulus yang dapat membantu meningkatkan prospek ekonomi China kedepan. Pelonggaran bank sentral telah mendorong suku bunga hipotek rata-rata ke rekor terendah. Awal tahun ini, pemerintah juga memperluas langkah-langkah untuk memungkinkan suku bunga hipotek yang lebih rendah untuk pembeli rumah pertama di beberapa kota.
Editor: Herlina Kartika Dewi