China pangkas suku bunga, ekonomi RI terdongkrak



JAKARTA. People's Bank of China (POBC) atau Bank Sentral China telah memangkas suku bunga acuannya sebesar 40 bps ke posisi 5,6%. Pemangkasan ini dilakukan agar negeri tirai bambu tersebut dapat menaikkan ekonominya menuju target ekonomi yang diinginkan.

Pada saat yang sama, POBC juga menggunting suku bunga deposito satu tahun sebesar 25 bps menjadi 2,75%. Kebijakan memangkas suku bunga terakhir kali diambil oleh POBC pada tahun 2012.

Kepala EKonom BII Juniman mengatakan pemangkasan suku bunga acuan China ini bisa berdampak positif bagi ekonomi Indonesia. Hal ini disebabkan pelonggaran moneter dapat menyebabkan perekonomian China bergairah kembali dan pada akhirnya berdampak positif bagi neara mitra dagang termasuk Indonesia.


Harapannya perbaikan ekonomi China bisa membuat kebutuhan komoditi meningkat. "Harga komoditi pun menjadi meningkat kembali," ujar Juniman ketika dihubungi KONTAN, Senin (24/11).

Kenaikan harga komoditi berikut ekspornya dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan karena sebagian besar ekspor Indonesia adalah sumber daya alam. Juniman memperkirakan, pertumbuhan China dengan adanya relaksasi moneter ini bisa mengangkat ekonominya menjadi 7,5%-7,7% pada tahun depan.

Kalau pemerintah bisa merealisasikan program stimulus infrastrukturnya dengan baik, bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,8% pada tahun depan. Di sisi lain, Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai langkah China yang menurunkan suku bunganya adalah respon ekonominya yang hanya bertumbuh 7,3% pada triwulan III 2014. Padahal, pemerintah China menargetkan pertumbuhan sebesar 7,5%.

Dengan pelonggaran ini akan ada penurunan bunga pinjaman, maka diharapkan laju kegiatan kredit bisa terdongkrak. Laju perusahaan untuk ekspansi meningkat sehingga ekspor Indonesia bisa terpacu. Lana memperkirakan pertumbuhan ekspor Indonesia tahun depan bisa tumbuh sekitar 2% tahun depan. Tahun ini pertumbuhan ekspor Indonesia pada triwulan III 2014 tercatat minus 0,7% secara tahunan (year on year).

Produk andalan eskpor Indonesia yaitu batu bara yang menyumbang 15% dari total ekspor non migas Indonesia bisa terdongkrak naik. "Ekspor batu bara Indonesia sebagian besar ke China," terang Lana. Asal tahu saja, China merupakan negara komoditi ekspor terbesar Indonesia.

Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor non migas Indonesia ke China dari Januari-September 2014 tercatat US$ 12,58 miliar, diikuti oleh Amerika Serikat dan Jepang yang masing-masing sebesar US$ 11,87 miliar dan US$ 10,71 miliar.

Meskipun ekspor ada potensi membaik tahun depan, Lana melihat ekonomi Indonesia tahun depan ada pada kisaran 5,3%-5,6%. Motor utama pertumbuhan ekonomi yang diharapkan membaik dan bisa dikontrol pemerintah adalah konsumsi rumah tangga, pemerintah dan investasi. "Ekspor hanya bonus saja," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa