China perlambat pembelian, harga minyak sawit anjlok



MUMBAI. Harga minyak sawit terjun bebas ditengah spekulasi China, negara pengguna minyak goreng terbesar, kemungkinan memperlambat pembeliannya setelah harga minyak sawit melejit ke level yang paling tinggi dalam lebih dari dua tahun. Harga kontrak minyak sawit untuk pengiriman Januari melorot 3,7%, penurunan yang paling besar sejak 2 Oktober 2009, menjadi 3.269 ringgit (US$ 1.052) per metrik ton dan diperdagangkan di level 3.309 ringgit pada pukul 16:35 waktu Malaysia di Malaysia Derivatives Exchange. Minyak kedelai untuk pengiriman Januari juga terkikis sebesar 4,5% menjadi 52,85 sen per pound di Chicago, kemerosotan yang paling besar sejak 17 Desember 2009. Kemerosotan minyak sawit ini paralel dengan kemerosotan harga komoditas yang lain. Harga kontrak kapas, gula, dan karet juga terjun bebas hingga batas maksimal di China lantaran harga ditengarai akan terus reli dan Negeri Panda itu kemungkinan akan mengambil sejumlah langkah untuk meredam inflasi. Hal ini membuka peluang akan menyusutkan permintaan. "China kemungkinan akan melambatkan impor kedelainya hingga Maret setelah persediaan mencukupi," kata Ben Santoso, Analis DBS Vickers Securities Singapura. Menurut Ben, melemahnya harga minyak kedelai akan terjadi juga pada harga minyak sawit; dan permintaan selama musim dingin juga tidak akan tinggi. Impor kedelai China anjlok 19,6% menjadi 3,73 juta ton pada bulan Oktober dari bulan sebelumnya. China kemungkinan akan menjual persediaan kedelainya mulai minggu depan untuk meredam tingginya harga makanan. Menurut hitungan Cao Huimin, Analis China Cereals & Oils Business Net, penjualan kedelai tersebut kemungkinan sebesar 2,6 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: