China Semakin Gencar Selidiki Perusahaan Asing, Ada Apa?



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kekhawatiran perusahaan asing berbisnis di China semakin meningkat. Hal ini seiring mulai gencarnya pihak berwenang melakukan audit pajak dan peninjauan peraturan lainnya kepada perusahan-perusahaan yang ada di negara itu. 

Terbaru, Foxconn Tecnology Group menjadi sasaran China. Perusahaan asal Taiwan yang menjadi pemasok terbesar untuk produk Apple ini menghadapi penyeledikan di empat provinsi China. 

The Global Times pada Minggu (22/10) melaporkan, Foxconn telah menjalani pemeriksaan pajak di provinsi Guangdong dan Jiangsu, serta menghadapi peninjauan legalitas penggunaan lahan di provinsi Henan dan Hubei.


Foxconn atau dengan nama lengkap Hon Hai Prescision Industry Co,Ltd ini beroperasi di China dengan memperkerjakan ratusan ribu orang. Pabrik terbesar Foxconn di Zhengzhou, yang dikenal sebagai iPhone City, terletak di Henan.

Tidak ada rincian lebih lanjut mengenai investigasi dan pemeriksaan pajak yang diberikan dalam laporan Global Times. Hon Hai juga tidak memberikan rincian secara spesifik dalam pengajuannya ke bursa saham Taiwan. 

Baca Juga: China Adopsi Taktik yang Lebih Berbahaya di 2022 sebagai Satu-satunya Pesaing AS

Foxconn mengatakan bahwa perusahaan akan mematuhi kewajiban hukumnya. ” Kami akan secara aktif bekerja sama dengan pihak berwenang di setiap tempat bisnis beroperasi," tulis Foxcon.

Sebelumnya, penangkapan dan penyelidikan sudah dilakukan China ke sejumlah perusahaan lain. Menurut laporan Bloomberg, seorang eksekutif dan dua mantan karyawan WPP Plc, salah satu perusahaan periklanan terbesar di dunia, telah ditangkap di China.

Pemerintah China juga menahan seorang pegawai lokal di perusahaan perdagangan logam asal Jepang pada bulan Maret, berdasarkan laporan Nikkei pada Minggu. Pada Oktober ini, pengadilan di China secara resmi mendakwa seorang eksekutif Astellas Pharma Inc atas dugaan spionase.

China sering kali tidak menjelaskan tindakan yang diambil oleh regulator secara terbuka. Sehingga, perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negara itu hanya bisa menebank-nebak tujuan akhir dari pemerintah. 

Mengingat kekuatan Partai Komunis yang sangat besar, pendekatan yang tidak jelas terhadap pengawasan perekonomian telah meresahkan para eksekutif asing. Pekerja perusahaan perdagangan Jepang yang ditahan pada Maret lalu belum ada kejelasan hingga saat ini penyebab penahanannya. 

“Menurut saya, inti dari kepemimpinan benar-benar mengkhawatirkan pengaruh asing karena perbedaan pendapat di kalangan elit semakin meningkat,” kata Alicia Garcia Herrero, kepala ekonom Asia Pasifik di Natixis SA dilansir Bloomberg, Senin (23/10).

Baca Juga: China Akan Menyokong Pemulihan Ekonomi Dengan Permintaan Domestik

Di tengah perjuangan menghadapi krisis properti, Xi Jinping dan pemerintahannya telah mencoba memberikan sinyal dukungan kepada sektor swasta, mencari bantuan dalam menstabilkan perekonomian terbesar kedua di dunia. 

Persepsi mengenai pengelolaan ekonomi Partai Komunis Tiongkok telah terpuruk selama bertahun-tahun akibat lockdown akibat Covid-19 dan tindakan keras brutal terhadap industri teknologi, termasuk Alibaba Group Holding Ltd dan salah satu pendirinya, Jack Ma.

Penyelidikan terhadap Foxconn juga mengejutkannya. Perusahaan ini telah menjadi fondasi pertumbuhan Tiongkok sebagai basis manufaktur berteknologi tinggi. Foxconn telah menjadikan China sebagai basis utama produksinya setelah Iphone menjadi mitra utamanya. Hal itu mendorong perusahaan lain untuk memperkuat ekspansi di China, speerti Tesla.

Miliarder pendiri Foxconn, Terry Gou, mengundurkan diri dari dewan direksi perusahaan bulan lalu saat ia berkampanye untuk menjadi presiden Taiwan. Kampanye tersebut merujuk pertanyaan ke Foxconn. Dia sebelumnya menolak klaim bahwa dirinyaakan rentan terhadap tekanan Tiongkok jika dia memenangkan pemilu.

“Saya tidak akan tunduk pada ancaman Tiongkok,” kata Gou pada konferensi bulan Agustus saat mengumumkan pencalonannya sebagai presiden. 

Editor: Dina Hutauruk