China Setujui Paket Stimulus Senilai US$ 586 Miliar



BEIJING. China akhirnya menyetujui dikeluarkannya paket stimulus senilai 4 triliun yuan atau US$ 586 miliar. Paket ini ditujukan untuk memompa kembali perekonomian negara dengan perekonomian keempat terbesar di dunia itu yang saat ini sedang menuju resesi.

Menurut Perwakilan Pemerintah China di Beijing, dana dengan jumlah tersebut hampir setara dengan seperlima dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) China tahun lalu, akan digunakan pada akhir 2010 mendatang. Kebijakan ini diambil menyusul pertemuan mingguan menteri keuangan dari 20 negara, di mana China merupakan salah satunya, di Sao Paulo. Pada pertemuan itu, seluruh negara yang hadir menyepakati untuk bertindak cepat untuk menghadapi perlambatan perekonomian.

Sebagian dari paket stimulus, yakni sebesar 100 miliar yuan, akan digelontorkan pada kuartal ini. Dana sebesar itu akan digunakan untuk sewa rumah murah, pembangunan infrastruktur di daerah pedesaan, pembangunan jalan-jalan, jalur kereta hingga bandar udara.


Selain itu, Pemerintah Negeri Panda juga sudah menyetujui pengurangan pajak pembelian aset tetap seperti mesin-mesin. Hal ini ditujukan untuk menstimulasi investasi. Jika dihitung, dengan adanya pengurangan pajak ini, perusahaan dapat menghemat dana sekitar 120 miliar yuan.

Sebagai tambahan, harga pembelian biji-bijian dan subsidi bagi petani juga akan ditingkatkan. Demikian pula halnya dengan tunjangan bagi keluarga dengan penghasilan rendah.

“Jika Pemerintah China akan menggunakan hal ini sebagai langkah inisiatif diplomatik, hal ini merupakan langkah ke depan yang sangat responsif,” ujar Simon Johnson, analis senior Peterson Institute. 

David McCormick, US Treasury Undersecretary for International Affairs pun menilai positif langkah Beijing. Dia bilang, “Kami memandang hal ini sebagai langkah yang positif. Paket stimulus ini dapat membantu meningkatkan konsumsi domestik di China.”

Analis sambut positif paket stimulus China

Sejumlah analis juga berpendapat serupa. Menurut Ben Simpfendorfer, ekonom Royal Bank, adanya pemberian paket stimulus ini dapat mengangkat harga saham-saham China. Asal tahu saja, indeks CSI 300 sepanjang tahun ini sudah ambrol 69%. Angka tersebut merupakan yang terbesar dibanding saham-saham lain di kawasan Asia Pacific. “Paket ini akan berdampak positif bagi pasar saham. Tapi, sebelumnya, kita harus lihat dulu hasilnya,” kata Simpfendorfer.

Sementara itu, Xing Ziqiang ekonom China International Capital Corp di Beijing berpendapat, adanya suntikan dana tambahan tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi China sebesar 2% pada tahun depan. Sebelum diumumkannya paket stimulus tersebut kemarin, UBS AG dan Credit Suisse AG memprediksi PDB China akan naik lebih dari 7,5% tahun depan, dan merupakan angka terendah dalam dua dekade terakhir.

Berdasarkan perkiraan yang dibuat oleh Badan Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan perekonomian China tahun lalu mencapai 27%, lebih tinggi dari negara-negara lain di dunia.

Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Barack Obama minggu lalu berjanji untuk meminta Kongres menyetujui paket perekonomian secepatnya setelah ia resmi menjabat sebagai Presiden pada Januari 2009 mendatang, jika pemerintahan Bush tidak bisa menyetujuinya.

Sementara itu, Taiwan yang merupakan partner perdagangan terbesar China, kemarin malam memangkas suku bunga acuannya untuk yang kelima kali dalam dua bulan terakhir. Pemerintah Taiwan mengambil langkah ini setelah mengalami penurunan ekspor terbesar dalam tiga tahun terakhir.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie