KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan teknologi terus menghadirkan inovasi yang mengubah cara kita terhubung, termasuk akses internet melalui satelit. Setelah sukses besar dengan proyek Starlink milik SpaceX, kini China bersiap meluncurkan megakonstelasi satelitnya sendiri. Proyek ini bertujuan untuk menghadirkan internet global yang cepat dan stabil, sekaligus menjadi saingan besar bagi Starlink yang telah mendominasi pasar.
Baca Juga: Pria Pemenang Jackpot Rp 3,1 Triliun Gugat Lotere, Klaim Hak Hadiah Ganda Starlink: Perintis Internet Satelit di Orbit Rendah
Pada tahun 2019, SpaceX menjadi pionir dalam meluncurkan satelit low Earth orbit (LEO), yaitu satelit yang berada di ketinggian sekitar 340 mil dari permukaan Bumi. Sebagai perbandingan, satelit geostasioner tradisional beroperasi pada ketinggian sekitar 22.236 mil. Keunggulan LEO terletak pada jaraknya yang lebih dekat dengan Bumi, sehingga meningkatkan kecepatan internet, mengurangi latensi, dan memberikan cakupan jaringan yang lebih luas. Starlink saat ini memiliki lebih dari 6.000 satelit yang melayani empat juta pelanggan di 100 negara, dengan rencana ambisius untuk meluncurkan hingga 42.000 satelit di masa depan.
Baca Juga: Pemilik Mobil Tesla Model 3 Ini Ungkap Penghematan Setelah 5 Tahun Pemakaian Proyek Satelit LEO China: G60 dan Guowang
Dikutip dari
unilad.com, China, melalui Shanghai Spacecom Satellite Technology (SSST), telah mengumumkan proyek megakonstelasi satelitnya, yang diberi nama G60. Dengan pendanaan sebesar US$943 juta (6,7 miliar yuan/Rp 15 triliun), proyek ini menargetkan peluncuran 12.000 satelit pada tahun 2024. Selain G60, China juga mengembangkan proyek lain bernama Guowang (yang berarti "jaringan nasional"). Proyek ini diinisiasi oleh grup jaringan satelit China SatNet dan bertujuan untuk menyediakan internet broadband global serta mendukung ekonomi digital yang terus berkembang di China.
Baca Juga: Musk Ciptakan Dokter AI yang Menggemparkan, Tersembunyi di Lebih dari 400 Juta Ponsel Persaingan dan Tantangan yang Dihadapi
Meskipun proyek-proyek China menjanjikan, ada sejumlah tantangan besar. Starlink telah memiliki basis kuat dengan lebih dari 6.000 satelit yang aktif, sementara China baru mulai membangun konstelasi mereka. Selain itu, Starlink tidak memiliki izin operasi di China, namun beberapa negara seperti Afrika Selatan, Kamerun, dan Brasil telah memblokir layanan Starlink. Hal ini membuka peluang bagi proyek satelit China untuk mengisi celah di pasar yang belum terjangkau Starlink. Persaingan teknologi antara AS dan China semakin intensif, tidak hanya di sektor satelit, tetapi juga dalam perdagangan bahan baku penting seperti mineral tanah jarang yang digunakan untuk baterai kendaraan listrik (EV).
Baca Juga: Kodak, Raksasa Fotografi Bernilai US$ 31 Miliar Tumbang Karena Satu Keputusan Fatal China baru-baru ini melarang pengiriman gallium, germanium, dan antimon, bahan vital dalam teknologi modern, yang mengakibatkan kerugian besar bagi AS.
Kolaborasi Internasional: Langkah Strategis China
Sebagai bagian dari ekspansi globalnya, proyek SpaceSail yang mendukung G60 telah menjalin kerja sama dengan grup milik negara Brasil, Telebrás, untuk menyediakan komunikasi satelit dan layanan internet broadband. Ini menunjukkan bahwa China serius dalam menargetkan pasar internasional.
Editor: Handoyo .