China Sukses Paksa Nasabah Berinvestasi



KONTAN.CO.ID - BEIJING. Upaya China meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi daya tarik simpanan bank berhasil mendorong eksodus uang tunai dalam jumlah besar. Dana tersebut sebagian besar disalurkan ke obligasi dan produk wealth management.

Total simpanan di China pada April 2024 turun 1,3%, mencapai 3,9 triliun yuan, setara sekitar Rp 8.630 triliun. Ini karena investor mencari keuntungan yang lebih tinggi di tempat lain. 

Ini juga menunjukkan jika usaha para pembuat kebijakan menghalau perusahaan menempatkan lebih banyak dana di deposito cukup berhasil. Para pembuat kebijakan di China pada bulan lalu melarang bank menawarkan bunga deposito dengan pilihan kepada perusahaan. 


Baca Juga: Wall Street Menguat, Dow dan S&P 500 Bersiap untuk Penurunan Mingguan

Tingkat suku bunga simpanan memang tidak menarik untuk memarkir uang tunai di bank. Bunga deposito satu tahun di bank-bank terbesar China hanya 1,45%, atau berada di rekor terendah. 

Mengalir ke obligasi

Dana yang terparkir pada produk wealth management juga melonjak sebesar 2,95 triliun yuan pada bulan April. Menurut analisa Citic, keuntungan terbesar diperoleh pada aset pendapatan tetap. 

Menurut data Bloomberg, aliran dana yang masuk di bursa obligasi China juga bertambah sebesar US$ 428 juta di bulan yang sama. Angka tersebut menjadi rekor sejak Desember 2023. 

Aliran dana ke aset-aset dengan imbal hasil lebih tinggi menunjukkan upaya otoritas China meningkatkan minat pada aset berisiko cukup membuahkan hasil. 

Meski begitu, aliran dana ke aset berisiko tersebut belum menghasilkan lonjakan belanja konsumen atau investasi saham. "Berbagai faktor, termasuk berakhirnya pinjaman arbitrase, telah mendorong realokasi simpanan, dan diperkirakan akan terus berlanjut," kata Ming Ming, Kepala Ekonom Citic Securities Co, seperti dikutip Bloomberg. Dia menyebut, kini masyarakat menarik tabungan mereka untuk dibelanjakan dan berinvestasi. 

Permintaan investor ritel pada obligasi spesial tahap pertama pemerintah China ikut mendorong harga surat berharga ini naik 25% pada debutnya di minggu ini. Pada saat sama, imbal hasil obligasi satu tahun turun ke posisi terendah sejak pertengahan 2020.

Baca Juga: Alibaba Cloud Umumkan Tambahan Zona Ketersediaan & Investasi Global Dorong Inovasi AI

Bloomberg juga mengidentifikasi tanda-tanda sebagian uang dipindahkan ke saham yang menawarkan pembayaran dividen tinggi, karena dianggap lebih aman. Indeks dividen di Bursa Efek Shanghai telah naik 16% tahun ini, dan mencapai level tertinggi sejak 2015 di bulan lalu. Sementara indeks acuan bursa Shanghai hanya meningkat sekitar 6%. 

Editor: Avanty Nurdiana