China Tak Akan Tinggal Diam Jika Uni Eropa Kenakan Tarif pada Kendaraan Listrik



KONTAN.CO.ID - BEIJING. China telah mengeluarkan ancaman baru terhadap penyelidikan anti-subsidi Komisi Eropa terhadap kendaraan listrik (EV) impor, yang dapat mengakibatkan tarif tambahan atas kendaraan listrik China.

Mengutip Yahoo News yang melansir Euronews, kendaraan listrik buatan China dijual di seluruh blok dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan kompetitor mereka di Eropa. 

Hal ini merupakan sebuah kesenjangan yang dihubungkan oleh Brussel dengan bantuan keuangan (subsidi) yang diberikan oleh pemerintah China kepada perusahaan-perusahaan dalam negeri.


Penyelidikan tersebut, yang diumumkan pada bulan September tahun lalu, hampir menyelesaikan tahap pertama dan tugas sementara dapat diumumkan segera pada bulan depan. 

Uni Eropa saat ini menerapkan retribusi sebesar 10% untuk semua mobil impor, terlepas dari asal usulnya.

Namun, menurut laporan Reuters dan Der Spiegel, batas waktu awal yang ditetapkan pada tanggal 5 Juni telah ditunda hingga beberapa saat setelah pemilihan Parlemen Eropa.

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri China terus meningkatkan upayanya untuk menghalangi Komisi Eropa untuk melanjutkan rencananya, yang dianggap “proteksionis.”

Baca Juga: Ini Langkah Rusia Jika AS Tempatkan Rudal di Eropa atau Asia

“China mendesak Uni Eropa untuk menghentikan penyelidikan secepat mungkin agar tidak mengganggu kerja sama ekonomi dan perdagangan China-UE serta stabilitas rantai industri dan pasokan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning, pada hari Kamis.

Dia menambahkan, jika Uni Eropa bersikeras melanjutkan penyelidikan, China tidak akan tinggal diam. 

"Kami akan mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk secara tegas menjaga hak dan kepentingan kami yang sah,” tegasnya. 

Baca Juga: Dukung Perusahaan Lokal, Tiongkok Gelontorkan Dana Cip Sebesar US$ 47,5 Miliar

Kamar Dagang China untuk Uni Eropa (CCCEU) sebelumnya mengatakan bahwa, jika tarif tambahan tetap diberlakukan, negara tersebut dapat membalas dengan menaikkan tarif impor kendaraan bermesin besar hingga maksimum 25%, yang akan berdampak pada beberapa produsen mobil Eropa yang bergantung pada pasar China.

Beijing mungkin juga menargetkan penjualan brendi Prancis, setelah membuka penyelidikan anti-dumping awal tahun ini. Prancis dianggap sebagai salah satu pendukung terkuat penyelidikan UE.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie