JAKARTA. Memburuknya aktivitas industri di China menyeret jatuh harga aluminium. Pelaku pasar khawatir, permintaan bakal kian merosot. Maklum, Tiongkok merupakan pengguna logam industri terbesar di dunia. Mengutip Bloomberg, Senin (2/2) pukul 12.05 WIB, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,3% di level US$ 1.858,5 per metrik ton (MT). Koreksi ini melanjutkan penurunan sebesar 1,1% yang terjadi pekan lalu. Minggu (1/2), HSBC merilis perkembangan aktivitas manufaktur di China atau manufacturing purchasing managers' index (PMI) bulan Januari sebesar 49,7. Angka ini meleset dari estimasi, sekaligus di bawah bulan Desember 2014, yaitu 49,8. Artinya, terjadi kontraksi pada industri manufaktur di sana.
Direktur Equilibrium Komoditas Berjangka Ibrahim menilai, kontraksi yang menerpa industri China mengindikasikan perekonomian negara itu masih rawan. Akibatnya, harga logam industri, termasuk aluminium jatuh. Namun, penurunan harga relatif terbatas. Aluminium diuntungkan dengan sedikit mengendurnya otot dollar Amerika Serikat (AS). Mata uang negeri Paman Sam ini agak melemah, setelah data pertumbuhan domestik bruto (PDB) kuartal IV-2014 dirilis 2,6%. Angka ini di bawah harapan pasar, yaitu 3%. Selain itu, koreksi harga juga relatif tertahan, sebab muncul harapan, stok di pasar global bakal menyusut.