KONTAN.CO.ID - HONG KONG. China melakukan penyesuaian pada program tukar tambah mobil tua. Kebijakan ini dapat berdampak pada merek-merek dengan harga murah, seperti BYD Co. Sebab, kebijakan ini berpotensi mengurangi peningkatan penjualan mobil baru tahun depan. Pelanggan yang membeli kendaraan energi baru yang memenuhi syarat, termasuk mobil listrik dan hibrida, dapat menerima pengembalian sebesar 12% hingga maksimum 20.000 yuan, atau sekitar Rp 47,70 juta. Menurut otoritas China, rabat bisa diperoleh jika pembeli membuang kendaraan bensin atau
electric vehicle (EV) lama yang terdaftar sebelum tahun 2019 di tempat pembuangan sampah yang disetujui pemerintah.
Baca Juga: Penjualan Mobil China di September Meningkat Didorong Musim Subsidi Tukar Tambah Menurut dokumen yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan China, konsumen yang menukar mobil lama dengan kendaraan bensin yang lebih hemat bahan bakar atau meningkatkan ke EV yang lebih baru akan mendapatkan rabat antara 6%-10% hingga maksimum 15.000 yuan. Sementara untuk menerima subsidi maksimum 20.000 yuan, mobil baru harus berharga setidaknya 166.700 yuan, atau sekitar Rp 397,62 juta. Meskipun perpanjangan subsidi tukar tambah merupakan kabar baik bagi industri otomotif, kondisi baru tersebut menimbulkan ketidakpastian tentang seberapa besar program tersebut akan mendukung permintaan pada tahun 2026.
Baca Juga: China Inside: Saat Teknologi Mobil Listrik (EV) Tirai Bambu Jadi Otak Mobil Global Maklum, kebijakan ini bisa berdampak negatif pada produsen pasar masal seperti BYD, Zhejiang Leapmotor Technology Ltd., dan Geely Automobile Holdings Ltd. Menurut data China Auto Market, BYD memiliki harga jual rata-rata 107.000 yuan pada November. Analis menilai, kebijakan subsidi tukar tambah kendaraan untuk 2026 tersebut akan mengurangi dukungan untuk produsen otomotif yang menawarkan kendaraan dengan kisaran harga rendah hingga menengah, di bawah 150.000 yuan. Ini berbeda dengan kebijakan pada 2025, di mana rabat yang diterima konsumen seragam. Sebagai contoh, konsumen yang membeli
hatchback compact BYD Seagull dengan harga awal 69.800 yuan dan membuang mobil lamanya akan menerima rabat 20.000 yuan pada tahun 2025. Berdasarkan aturan baru, konsumen tersebut hanya akan mendapatkan sekitar 8.400 yuan.
Baca Juga: Demi Dorong Konsumsi, Pemerintah China Siapkan Subsidi 62,5 Miliar Yuan untuk 2026 Pemberhentian program tukar tambah yang lebih awal dari perkiraan di beberapa kawasan tahun ini memukul penjualan mobil. Di November, penjualan mobil di China turun 8%. Padahal lazimnya permintaan di November naik tinggi. Penghapusan program tukar tambah ini terjadi berbarengan dengan penghapusan bertahap keringanan pajak untuk pembelian EV mulai tahun depan. Kebijakan ini menambah tantangan bagi industri otomotif, yang sudah berjuang dengan kelebihan kapasitas dan perang harga yang berkepanjangan. Paul Gong, Kepala Riset Otomotif China UBS AG, menulis dalam risetnya, mengingat kendaraan dengan harga di bawah 200.000 yuan mencakup lebih dari 60% penjualan mobil baru, pengurangan potongan harga untuk mobil berharga rendah berpotensi berdampak negatif pada peningkatan volume total.
Baca Juga: China Beri Subsidi Anak Rp 8 Juta Per Tahun Dorong Angka Kelahiran Analis Deutsche Bank AG Bin Wang memperkirakan penurunan volume penjualan grosir kendaraan penumpang di China mencapai 5% secara tahunan di 2026. Sebagian terjadi karena dihentikannya kebijakan pemerintah yang menguntungkan. Tapi, perubahan aturan ini dinilai dapat membantu mencegah penipuan. Beberapa diler mampu membeli EV murah dalam jumlah besar kemudian menjualnya kembali sebagai mobil bekas nol kilometer untuk mengklaim subsidi. Ini adalah salah satu alasan yang menyebabkan program tersebut berakhir lebih awal di beberapa bagian China tahun ini, karena dana habis lebih cepat dari yang dianggarkan.