China Vanke Ajukan Masa Tenggang 30 Hari untuk Obligasi Jatuh Tempo 15 Desember



KONTAN.CO.ID - Pengembang properti China, China Vanke, mengajukan perpanjangan masa tenggang pembayaran obligasi senilai 2 miliar yuan (sekitar US$283,6 juta) menjadi 30 hari perdagangan, dari sebelumnya hanya lima hari, berdasarkan dokumen yang dirilis Selasa (16/12/2025).

Dalam pengajuan tersebut, Vanke juga mengusulkan penundaan pembayaran pokok selama satu tahun serta pembayaran bunga sebesar 60 juta yuan yang akan dilakukan paling lambat 22 Desember.

Baca Juga: Robinhood Perluas Kontrak Prediksi Olahraga, Regulator Kian Waspada


Obligasi ini sejatinya jatuh tempo pada 15 Desember dan saat ini masih berada dalam masa tenggang lima hari kerja.

Upaya pertama Vanke untuk memperpanjang pembayaran obligasi tersebut sebelumnya telah ditolak oleh para pemegang obligasi.

Perusahaan kini menggelar rapat kedua dengan pemegang obligasi, yang akan dimulai pada Kamis (18/12/2025) dan ditutup dengan proses pemungutan suara pada 22 Desember pukul 02.00 GMT.

Selain itu, Vanke juga meminta pengabaian batas waktu prosedural agar rapat dapat digelar lebih cepat sebelum masa tenggang lima hari kerja berakhir.

Apabila pengabaian ini tidak disetujui, perusahaan berisiko langsung mengalami gagal bayar (default).

Baca Juga: Saham MetaX Melonjak Hampir 600% pada Debut Perdagangan di Shanghai

Masing-masing dari tiga proposal tersebut mensyaratkan persetujuan minimal 90% dari pemegang obligasi.

Perusahaan yang tengah menghadapi tekanan likuiditas ini mengejutkan pasar bulan lalu setelah mengajukan perpanjangan utang, meskipun telah menerima dukungan pembiayaan miliaran yuan dari pemegang saham negaranya, Shenzhen Metro, sepanjang tahun ini.

Pada perdagangan Rabu (17/12/2025), saham Vanke di bursa Shenzhen turun 0,4%, sementara saham Vanke yang tercatat di Hong Kong justru naik 2,2%.

Selanjutnya: Harga Saham Melejit, Begini Kata Bos Bank Neo Commerce (BBYB)

Menarik Dibaca: Mengenal Siklon Tropis yang Jelang Akhir Tahun Mengepung Indonesia