KONTAN.CO.ID - Persaingan Amerika Serikat dan China di Asia Tenggara semakin intens. Setelah AS mengumumkan kesepakatan ekonomi baru dengan empat negara ASEAN pada hari Minggu, kini China langsung membalas langkah tersebut dengan memperkuat Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) China–ASEAN ke versi 3.0. Langkah ini menegaskan bahwa kawasan Asia Tenggara kini menjadi pusat pertarungan pengaruh geopolitik dan ekonomi terbesar di dunia.
China–ASEAN FTA 3.0: Strategi Beijing Hadapi Proteksionisme AS
- Menghapus hambatan pasar,
- Memperkuat rantai pasok kawasan,
- Menarik investasi baru lintas sektor.
ASEAN di Tengah Tarik-Menarik Kepentingan
Meskipun negara-negara ASEAN menyambut baik peningkatan kerja sama perdagangan dengan China, sebagian tetap berhati-hati. Beberapa negara menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kolaborasi ekonomi dan kedaulatan politik. Presiden Ferdinand Marcos Jr. dari Filipina mengingatkan bahwa kerja sama ekonomi tidak boleh disertai tekanan politik. “Kerja sama ini tidak dapat berjalan berdampingan dengan paksaan,” ujarnya, merujuk pada ketegangan berulang antara kapal China dan Filipina di Laut China Selatan. Baca Juga: Malaysia Tegaskan Larangan Ekspor Rare Earth Mentah, Tak Mau Dikeruk Murah!Amerika Serikat Menjawab dengan Diplomasi Ekonomi
Sementara itu, Presiden Donald Trump memanfaatkan KTT ASEAN minggu ini untuk memperkuat kehadiran AS di kawasan. Ia menjadi saksi penandatanganan perjanjian damai antara Kamboja dan Thailand, meski Gedung Putih secara spesifik meminta agar pejabat China tidak hadir di ruangan tersebut — sebuah langkah simbolik yang menunjukkan rivalitas dua kekuatan besar ini. “Sehari sebelumnya kami bersama Presiden Trump, hari ini kami bersama China. Inilah bentuk sentralitas ASEAN,” ujar Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang tahun ini menjabat sebagai Ketua ASEAN. Menurut Anwar, peran sentral ASEAN adalah menjaga keterlibatan seimbang antara dua kekuatan global tanpa harus berpihak pada salah satunya.Pertemuan Trump–Xi di APEC Korea Selatan
Perebutan pengaruh di Asia Tenggara diperkirakan akan berlanjut di KTT APEC akhir pekan ini di Korea Selatan, di mana Presiden Trump dijadwalkan bertemu langsung dengan Presiden Xi Jinping. AS dikabarkan siap mengurangi sebagian tarif impor terhadap barang-barang China, asalkan Beijing memperketat pengawasan ekspor bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi fentanyl, obat terlarang yang kini menjadi krisis nasional di Amerika Serikat. Pertemuan ini bisa menjadi ujian diplomatik besar — apakah rivalitas kedua negara akan mereda atau justru memasuki babak baru dalam perang pengaruh Asia-Pasifik. Tonton: Debut Perdana PM Jepang Takaichi Sanae di ASEAN Summit: Tegaskan Sinergi FOIP dan AOIPKesimpulan
Asia Tenggara kini menjadi medan utama perebutan pengaruh global antara AS dan China.- Reuters
- Bloomberg
- ASEAN Secretariat